Beda Reseller dan Dropship, Lebih Menguntungkan yang Mana?

Kantamedia.com – Dalam dunia bisnis online, istilah reseller dan dropshipper cukup umum didengar dan dilakukan. Kedua jenis bisnis online itu sama-sama menjanjikan keuntungan bagi pelakunya.

Namun, sebelum menjalankan bisnis tersebut, penting bagi Anda untuk mengenali perbedaan dari dua jenis bisnis ini agar bisa memaksimalkan potensi keuntungannya.

Dalam membedakan reseller dan dropshipper, Anda bisa melihatnya melalui beberapa aspek, yaitu modal, cara kerja, risiko, inventaris, hingga strategi pemasarannya.

Perbedaan Reseller dan Dropshipper

Perbedaan reseller dan dropshipper dapat dilihat dari berbagai aspek, mulai dari modal, cara kerja, risiko, hingga strategi pemasarannya. Berikut penjelasan selengkapnya:

Baca juga:  Rayakan Ramadan di Mall of Indonesia: Dari Ngabuburit Seru hingga Rewards Melimpah

Bisnis Online

1. Modal

Perbedaan reseller dan dropshipper yang pertama terletak pada modal awalnya. Reseller biasanya perlu mengeluarkan sejumlah modal untuk membeli barang yang akan dijual kembali.

Sedangkan, dropshipper tidak memerlukan modal sama sekali, karena mereka hanya menjadi perantara antara pembeli dan supplier.

2. Cara Kerja

Perlu diketahui, cara kerja reseller hampir mirip dengan pedagang pada umumnya. Mereka perlu membeli barang terlebih dahulu pada supplier atau distributor sebelum memasarkan dan menjual barang tersebut kepada calon pembeli.

Di sisi lain, dropshipper hanya bekerja sebagai perantara antara supplier dan pembeli. Itu artinya, mereka hanya perlu menawarkan produk ke konsumen terlebih dahulu.

Baca juga:  OJK Gelar Edukasi Keuangan untuk Diplomat Indonesia

Jika mendapatkan pesanan dari konsumen, dropshipper akan meneruskannya ke distributor atau supplier. Barulah setelah itu, pihak supplier atau distributor akan menerima order tersebut dan mengirimkan produknya ke konsumen.

3. Inventaris

Karena tidak perlu membeli produk terlebih dahulu sebelum berjualan, dropshipper tidak memiliki inventaris tertentu dalam menjalankan bisnisnya.

Sebagai informasi, inventaris merupakan daftar seluruh barang, produk, dan fasilitas yang dimiliki serta digunakan oleh suatu perusahaan. Fokus utama dropshipper adalah mencari pelanggan, membantu proses pemesanan oleh konsumen, serta memastikan proses pengiriman telah dilakukan tepat waktu.

Baca juga:  KAI Kolaborasi Bersama UGM Kembangkan Sistem Ground Detector Lokomotif

Berbeda lagi dengan reseller. Mereka akan memiliki inventaris karena perlu membeli produk dari supplier atau distributor sebelum berbisnis. Karena itu, reseller juga memiliki wewenang untuk mengatur dan mengelola stok barang yang dimiliki selama berjualan.

4. Risiko

Namun, inventaris yang dimiliki oleh reseller juga memiliki risikonya tersendiri. Jika tidak laku terjual, reseller berpotensi mengalami kerugian yang lebih besar.

Di sisi lain, dropshipper umumnya tidak akan mengalami kerugian karena tidak perlu menyimpan barang dalam menjalankan usahanya.

Bagikan berita ini

KANTAMEDIA CHANNEL

YouTube Video
Bsi