Deflasi Tiga Bulan Berturut-turut, Ekonom Senior Peringatkan Dampak Serius

Kantamedia.com – Indonesia mengalami deflasi selama tiga bulan beruntun, memicu kekhawatiran di kalangan ekonom. Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Didik J Rachbini, memperingatkan bahaya fenomena ini terhadap perekonomian nasional.

Melansir dari CNN Indonesia, berdasarkan Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan deflasi sebesar 0,03 persen pada Mei, meningkat menjadi 0,08 persen di Juni, dan mencapai 0,18 persen pada Juli 2024.

“Deflasi ini secara umum merupakan gejala konsumen secara luas tidak bisa mengkonsumsi barang dengan wajar atau setidaknya menunda konsumsinya,” kata Rachbini dalam keterangan pers, Jumat (2/8/2024).

Meski terkesan menguntungkan konsumen karena harga yang lebih rendah, Rachbini menegaskan bahwa deflasi bisa menjadi alarm bagi perekonomian. Ia menilai fenomena ini sebagai penanda awal masyarakat sedang tidak berdaya untuk membeli barang-barang kebutuhannya.

Lebih lanjut, Rachbini menjelaskan dampak berantai deflasi:

  1. Penurunan pengeluaran konsumsi
  2. Penundaan pembelian oleh konsumen
  3. Penurunan pendapatan dunia usaha
  4. Peningkatan pengangguran dan PHK
  5. Potensi stagnasi atau penurunan upah

“Dunia usaha mengalami penurunan pendapatan akibat konsumsi masyarakat turun sehingga dengan terpaksa memberhentikan pekerja atau mengurangi jam kerja,” tambahnya.

Rachbini menekankan bahwa deflasi tidak terjadi begitu saja, melainkan merupakan hasil dari rangkaian permasalahan pengelolaan ekonomi yang tidak tepat. Ia mendesak pemerintah untuk memperbaiki kebijakan makro dan sektor riil guna mencegah dampak negatif yang lebih luas terhadap perekonomian. (*/Mhu)

Baca juga:  Hadapi Idulfitri, Stok Daging Sapi di Kalteng Masih Aman
Bagikan berita ini

KANTAMEDIA CHANNEL

YouTube Video
Bsi