Investasi Hijau Kian Prospektif, Sebelum Terjun, Pahami Jurusnya

Sebetulnya, Inez menambahkan, berinvestasi di sektor ekonomi hijau juga sama dengan berinvestasi di sektor usaha konvensional. Prinsip kehati-hatian dan selektif dalam memilih portofolio mutlak diperlukan. “Investor tetap perlu memperhatikan kredibilitas platform agregator yang menawarkan produk investasi, serta menakar imbal hasil investasi yang ditawarkan, realistis atau tidak.”

Satu hal lain yang tak kalah penting, ujar Inez, ialah menyesuaikan profil risiko suatu produk investasi dengan karakteristik setiap investor.

Fokus Perubahan Iklim

Inez juga menyoroti bahwa sektor UMKM yang diperkuat lebih dari 62 juta usaha dengan hampir 99% di antaranya merupakan usaha mikro, membutuhkan dukungan besar agar dapat mendorong pembangunan negara di masa depan. Investor pun berpotensi besar melirik mereka. “Karena green investment yang berhasil sebenarnya tidak harus seukuran unicorn,” tambah Inez.

Baca juga:  BINUS University dan DPRKP DKI Jakarta Bersinergi untuk Perumahan Berkelanjutan Berbasis Teknologi

Sayangnya, selain lemahnya penerapan ESG, banyak usaha dalam kategori UMKM yang tidak memiliki rencana pertumbuhan strategis sehingga sulit berkembang dan berkelanjutan di masa depan. Inilah yang mendorong Supernova Ecosystem terjun hingga ke wilayah kabupaten di Indonesia dalam mendukung perkembangan investasi lestari (impact invesment) dengan fokus pada masalah perubahan iklim. Adapun, sektor bisnis yang menjadi area garapan Supernova Ecosystem adalah komoditas lestari.

“Kami membantu pelaku usaha di berbagai wilayah di Indonesia untuk menciptakan pusaran ekonomi baru di wilayah-wilayah yang selama ini bergantung kepada praktik ekonomi eksktraktif (pengelolaan sumber daya alam), misalnya pertambangan dan palm oil,” kata Inez.

Ia memberi contoh, misalnya, selama berdekade masyarakat dalam suatu daerah tersebut bekerja di perkebunan atau pertambangan. Jika pada daerah tersebut terdapat potensi dibangun sentra tanaman untuk komoditas yang tidak merusak hutan, maka Supernova Ecosystem dapat mendukung usaha tersebut.

Baca juga:  Optimalisasi Peran Data dan Digitalisasi untuk Mencapai Sustainability

“Saat ini kami fokus pada komoditas yang terbukti tahan terhadap situasi pandemi, yaitu kecantikan, kesehatan dan wellness. Kini kami memiliki delapan perusahaan dalam portfolio untuk melakukan bisnis secara B2B dan B2C, dengan berbagai komoditas, seperti ikan gabus dan tengkawang,” tambahnya.

Seluruh perusahaan dalam portfolio Supernova Ecosystem tentu didorong untuk melakukan praktik ESG. “Kami tidak menampik bahwa pasar produk kecantikan, kesehatan dan wellness sangat besar di kawasan Jawa. Tetapi kami memiliki framework yang disebut value chain collaboration canvas yang memetakan dari hulu ke hilir yang mengidentifikasi proses added value dari komoditas ini dan secara perlahan kami tarik ke on site atau daerah” tambah Inez.

Baca juga:  Bittime Auto Earn, Peluang di Tengah Dinamika Pasar Aset Digital

Misalnya, untuk usaha pengolahan ikan gabus yang letaknya di Sintang, sekitar 8 jam dari Pontianak, keluarannya hanya ikan salai, abon dan lainnya. Namun dengan bantuan mitra dari Supernova Ecosystem, ikan gabus ini dapat diekstraksi menjadi albumin yang dapat menyembuhkan luka lebih cepat, sehingga produknya memiliki harga dan margin yang lebih bagus.

“Kami terus mencari kisah sukses dari berbagai daerah untuk memperlihatkan bahwa ke depan, masyarakat bisa menjalankan usaha dengan praktik-praktik ramah lingkungan dan berkelanjutan, dan bisa mempertahankan keseimbangan ekonomi komoditas lestari dengan komoditas ekstraktif,” ujarnya. (jnp)

Bagikan berita ini

KANTAMEDIA CHANNEL

YouTube Video
Bsi