Kantamedia.com – Nike akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 740 karyawan di kantor pusat mereka di Oregon. Sementara itu, gelombang PHK kedua rencananya akan dimulai pada 28 Juni 2024.
Sebelumnya pada Desember 2023, Nike juga mengumumkan rencana menghemat biaya sebesar US$ 2 miliar selama tiga tahun ke depan. Pada Februari 2024, Nike juga mengumumkan akan memangkas sekitar 2% dari total tenaga kerjanya atau sekitar 1.600 karyawan.
Dilansir dari Reuters, Sabtu (20/4/2024), Nike rupanya tengah berupaya mengendalikan biaya setelah memperingatkan akan adanya penurunan pendapatan pada paruh pertama tahun fiskal 2025. Pendapatannya diprediksi menyusut sebesar satu digit karena Nike tengah berupaya mengurangi beberapa waralaba.
Inovasi Nike belakangan ini juga banyak disorot para investor. CEO Nike John Donahoe dalam wawancara dengan CNBC di Paris mengungkapkan, budaya kerja jarak jauh menjadi salah satu penyebab keterlambatan perusahaan dalam inovasi.
“Tantangan ini sebagian besar disebabkan oleh fakta karyawan Nike bekerja dari rumah selama 2,5 tahun terakhir. Kondisi ini membuat mereka sulit mengembangkan produk yang berani dan juga mendisrupsi,” kata Donahoe.
Wakil presiden Nike untuk solusi masyarakat Michele Adams mengatakan, PHK tahap kedua akan dimulai pada 28 Juni 2024 di kantor pusat Oregon.
Pengumuman ini membuat saham perusahaan sedikit naik pada perdagangan Jumat (19/4/2024), tetapi secara keseluruhan, saham perusahaan telah menurun hampir 13% tahun ini.
Pada Desember 2023, Nike mengumumkan rencana penghematan biaya sebesar US$ 2 miliar selama tiga tahun ke depan.
Pada Februari, perusahaan menyebut akan memangkas sekitar 2% dari total tenaga kerja atau setara dengan 1.600 orang. Diketahui, Nike memiliki sekitar 83.700 pekerja pada 31 Mei 2023.
Beberapa perusahaan di AS dan Kanada telah mengumumkan gelombang PHK baru, setelah rentetan PHK pada 2023 beberapa perusahaan untuk memangkas biaya dalam menghadapi ketidakpastian permintaan.
Nike pada Maret mengumumkan bahwa pendapatannya pada paruh pertama tahun fiskal 2025 akan menyusut sebesar satu digit karena perusahaan mengurangi beberapa waralaba. (*/jnp)