Kantamedia.com – Nilai tukar rupiah menghadapi tekanan berat menjelang tutup tahun, kembali melemah hingga menembus level Rp16.300 per dolar AS. Bank Indonesia (BI) mengakui bahwa tantangan yang dihadapi mata uang Garuda ini tidaklah ringan.
“Beberapa bulan terakhir ini, hampir semua mata uang emerging market menghadapi tantangan besar,” ujar Kepala Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas BI, Edi Susianto, dalam wawancara seperti dilansir dari CNBC Indonesia, Minggu (29/12/2024).
Faktor Global Membayangi
Tekanan terhadap rupiah terutama berasal dari ketidakpastian global. Ekonomi Amerika Serikat (AS) yang terus menguat, ditandai dengan data tenaga kerja dan inflasi, membuat Federal Reserve (The Fed) memberikan pandangan “hawkish cut”.
“Dalam pertemuan FOMC, ada penurunan suku bunga, tetapi perkiraan penurunan untuk 2025 dari empat kali menjadi hanya dua kali. Ini memengaruhi pasar keuangan global,” jelas Edi.
Selain itu, terpilihnya kembali Donald Trump sebagai Presiden AS turut menjadi faktor. Meski belum resmi menjabat, Trump sudah menyampaikan rencana kenaikan tarif impor yang dapat memengaruhi kebijakan fiskal AS.
Ketegangan geopolitik, seperti konflik di Suriah, situasi di Prancis, dan Korea Selatan, juga memberikan dampak terhadap volatilitas pasar mata uang dunia.
Tekanan Domestik
Dari sisi domestik, keluarnya aliran modal asing dari pasar saham menjadi faktor lain. Repatriasi dividen dan pembayaran kewajiban utang valas juga turut menambah tekanan terhadap rupiah.
Pada penutupan perdagangan Jumat (27/12/2024), nilai tukar rupiah kembali melemah sebesar 0,28% ke level Rp16.230 per dolar AS. Sepanjang perdagangan, rupiah sempat bergerak di rentang Rp16.180 hingga Rp16.255 per dolar AS. Secara mingguan, pelemahan rupiah tercatat sebesar 0,25%.
Antisipasi Bank Indonesia
BI terus memantau perkembangan pasar dan menyiapkan langkah-langkah untuk menjaga stabilitas rupiah. Namun, dengan tekanan global yang masih kuat, tantangan bagi mata uang Garuda diperkirakan akan berlanjut hingga awal tahun depan. (Mhu)