Belajar dari Ali dan Aisyah saat Beda Pilihan Politik

Oleh: Amien Nurhakim

“Demi Allah, tidak ada apa pun antara saya dan Aisyah melainkan sebagaimana disinggung oleh beliau tadi. Beliau adalah istri Nabi kalian semua di dunia dan akhirat.” Balas Ali ketika Aisyah mengucap kalimat perpisahan pada warga Basrah.

Lebih lanjut lagi Ibnul Atsir dalam al-Kamil fit Tarikh jilid II halaman 614 menceritakan dua orang yang dihukum oleh Ali ketika mengolok-olok Aisyah yang sedang singgah di salah satu rumah di Basrah. Dua orang tersebut adalah adik kakak, Ajlan bin Abdullah dan Sa’ad bin Abdullah.

“Selama Ali menjabat sebagai khalifah, Aisyah tidak pernah sama sekali menentang kepemimpinan Ali, atau bahkan memprovokasi orang-orang untuk memakzulkannya. Aisyah hanya mengutuk keputusan Ali yang tidak mengusut kasus pembunuhan Utsman dan menangguhkan hukum pidana pada orang-orang yang terlibat. Meskipun begitu, sesungguhnya sikap Ali bukan ingin menunda, namun menunggu kasus tersebut jelas gambarannya”. Ujar Umar bin Syabah, sejarawan abad III hijriah yang dikutip adz-Dzahabi dalam Siyar A’lamin Nubala jilid XII, hal. 369.

Baca juga:  Soal Pupuk Subsidi, Petani Enggan Berikan KTP karena Mengira Bakal Dimanfaatkan untuk Politik

Beberapa catatan sejarah di atas menampilkan bahwa Aisyah dan Ali, meski berbeda pandangan, akan tetapi keduanya saling menghormati satu sama lain, tidak saling menghina, mencela dan merendahkan. Ali dan Aisyah sama-sama menjadi penenang umat dan tidak memprovokasi mereka untuk saling berperang dan bermusuhan. Bahkan keduanya saling menjaga objektivitas keilmuan yang mana ia merupakan warisan terbesar baginda Rasulullah saw.

Dikisahkan, Syuraih bin Hani’ datang kepada Aisyah untuk bertanya soal mengusap sepatu atau khuff. Aisyah meminta Syuraih untuk lebih baik mendatangi Ali, karena dalam persoalan ini Ali pernah melihat langsung bagaimana Nabi saw mengusap sepatunya di waktu safar bersamanya.

Baca juga:  Sidang Isbat Awal Ramadan 1446 H Digelar 28 Februari 2025

Ali juga pernah memuji mertuanya seraya mengakui kecerdasan serta ketangkasannya dalam memimpin umat, beliau berujar: “Andai jabatan khalifah dapat diduduki perempuan, niscaya Aisyah lah orangnya!.” (Alawi bin Abdil Qadir Asseggaf, dkk, Aisyah Ummul Mu’min: Mausu’ah ‘Ilmiyyah ‘an Hayatiha, [Arab Saudi: Muassasah ad-Durar as-Saniyyah, 2013], hal. 325).

Demikianlah catatan sejarah antara Aisyah dan Ali, di mana keduanya memiliki pandangan politik yang berbeda, akan tetapi tetap bersama-sama mendamaikan umat, merawat kesatuan dan saling menjunjung tinggi rasa hormat satu sama lain. Wallahu a’lam.

Baca juga:  Inilah 9 Persamaan Antara Manusia dan Jin Berdasarkan Al-Qur'an dan Hadis

(Amien Nurhakim, Musyrif Pesantren Darussunnah Jakarta)

Bagikan berita ini

KANTAMEDIA CHANNEL

YouTube Video
Bsi