Kantamedia.com – Bulan Rajab, bulan ketujuh dalam kalender Islam, menyimpan banyak keutamaan dan keberkahan. Dianggap sebagai bulan yang penuh berkah, Rajab adalah waktu untuk memperbanyak ibadah, refleksi diri, dan mendekatkan diri kepada Allah Swt.
Bulan Rajab sendiri merupakan bulan yang terhormat di dalam agama Islam. Menurut berbagai hadis, bulan ini sangat dianjurkan untuk memperbanyak ibadah dan doa.
Namun, ada beberapa hal yang sebaiknya dihindari oleh umat Muslim selama bulan Rajab ini agar tidak mengurangi pahala dan keberkahan yang bisa diperoleh, karena bulan Rajab adalah waktu yang tepat untuk meningkatkan amal saleh.
Berikut adalah delapan hal yang sebaiknya dihindari oleh umat Muslim selama bulan Rajab.
1. Berbuat maksiat
Segala bentuk maksiat, seperti berbohong atau berbuat curang, sebaiknya dihindari karena dapat mengurangi pahala ibadah. Karena tindakan maksiat dapat menjadi penghalang bagi kita untuk meraih rahmat dan pengampunan dari Allah Swt.
2. Balas dendam
Rasa balas dendam dalam umat muslim tidak sesuai dengan semangat di bulan Rajab ini, umat Muslim dianjurkan untuk memaafkan dan bersikap baik kepada sesama. Memaafkan bukan hanya membawa kedamaian bagi orang lain, tetapi juga memberikan ketenangan bagi diri sendiri.
3. Menyebarkan fitnah atau gosip
Berbicara buruk tentang orang lain atau menyebarkan informasi yang tidak benar dapat merusak hubungan sosial. Fitnah adalah salah satu dosa besar dalam Islam, dan menghindarinya sangat penting untuk menjaga kehormatan orang lain.
4. Berbuat Zalim
Mengabaikan perintah Allah dan melakukan dosa merupakan bentuk kezaliman terhadap diri sendiri. Dalam bulan Rajab, umat Muslim seharusnya merenungkan tindakan mereka dan berusaha untuk memperbaiki diri, bukan justru terjerumus dalam perilaku yang merugikan.
5. Berselisih
Sebagai umat Muslim, perselisihan dan konflik antar sesama dilarang, karena dapat mengganggu ketentraman dan keharmonisan, oleh karena itu penting untuk menjaga hubungan baik dengan sesama dan menciptakan suasana damai.
6. Melakukan pembunuhan
Dalam ajaran Islam, pembunuhan dianggap sebagai tindakan yang sangat tercela dan bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan. Di bulan Rajab ini, umat Muslim dianjurkan untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah, karena tindakan pembunuhan akan semakin memperberat beban dosa kita.
7. Mengabaikan kewajiban ibadah
Mengabaikan salat dan amalan baik lainnya sangat tidak dianjurkan, karena bulan Rajab adalah waktu untuk memperbanyak ibadah. Umat Muslim seharusnya memanfaatkan momentum ini untuk memperbanyak ibadah dan meraih pahala yang berlipat ganda.
8. Melalaikan zikir dan doa
Melalaikan zikir dan doa selama bulan ini dapat mengurangi keberkahan dan pengampunan dari Allah. Zikir dan doa adalah sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah, sehingga sangat dianjurkan untuk memperbanyaknya di bulan suci ini.
Dengan menghindari hal-hal tersebut, kita sebagai umat Muslim dapat lebih fokus pada ibadah dan meraih keberkahan yang lebih besar di bulan Rajab. Ini adalah kesempatan untuk memperbaiki diri, meningkatkan amal saleh, serta mendekatkan diri kepada Allah Swt.
Peristiwa Bersejarah pada Bulan Rajab
Pada tanggal 1 Rajab, beberapa peristiwa penting terjadi dalam sejarah Islam. Salah satunya adalah peristiwa yang dikenal dengan nama Isra dan Mikraj. Meskipun peristiwa ini secara keseluruhan terjadi pada bulan Rajab, ada berbagai pandangan mengenai tanggal tepat terjadinya Isra dan Mikraj, dan banyak yang mempercayai bahwa peristiwa tersebut terjadi pada malam 27 Rajab. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa bulan Rajab sebagai bulan tempat terjadinya peristiwa agung ini memberikan makna mendalam bagi umat Islam.
Isra dan Mikraj adalah perjalanan malam Rasulullah Muhammad Saw dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsa di Yerusalem (Isra) dan kemudian perjalanan ke langit (Mikraj), di mana beliau bertemu dengan Allah Swt. Peristiwa ini adalah momen penting yang memperlihatkan keagungan Allah dan kedudukan tinggi Rasulullah dalam Islam.
Meskipun peristiwa Isra dan Mikraj tidak disebutkan secara rinci dalam Al-Qur’an, ada satu ayat yang secara jelas menyebutkan tentang perjalanan Rasulullah tersebut. Ayat tersebut terdapat dalam QS Al-Isra (17:1):
سُبْحَانَ ٱلَّذِىٓ أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِۦ لَيْلًۭا مِّنَ ٱلْمَسْجِدِ ٱلْحَرَامِ إِلَى ٱلْمَسْجِدِ ٱلْأَقْصَا ٱلَّذِى بَٰرَكْنَا حَوْلَهُۥ لِنُرِيَهُۥ مِنْ ءَايَٰتِنَآ ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْبَصِيرُ
Subḥāna alladhī asrā biʿabdihi laylan mina al-masjidi al-ḥarāmi ilā al-masjidi al-aqṣā alladhī bāraknā ḥawlahu linuriyahu min āyātinā, innahu huwa al-samīʿu al-baṣīr.
Artinya: “Maha Suci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, yang Kami berkahi sekelilingnya, untuk Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Al-Isra : 1).
Ayat ini menggambarkan perjalanan Isra’ yang dimulai dari Masjidil Haram di Makkah menuju Masjidil Aqsa di Yerusalem, dan selanjutnya ke Mikraj, yang membawa Rasulullah SAW lebih dekat dengan Allah. (*)