14 Negara Ini Dilanda Resesi Seks, Populasi Menurun Drastis

Kantamedia.com – Ancaman penurunan populasi sebagai indikasi dampak resesi seks terus menghantui banyak negara di dunia, mulai di kawasan Asia hingga Eropa. Fenomena ini juga diperkirakan akan membuat populasi menyusut dengan cepat.

Resesi seks diduga mengakibatkan risiko krisis demografis, sebab banyak wanita yang berhenti melahirkan. Selain itu, angka kematian yang terjadi pada negara-negara tersebut juga lebih tinggi dan melampaui angka kelahiran.

Dikutip dari jurnal The Atlantic, istilah ‘resesi seks’ merujuk pada penurunan rata-rata jumlah aktivitas seksual yang dialami suatu negara sehingga mempengaruhi tingkat kelahiran yang rendah. Adapun beberapa faktor yang menyebabkan fenomena resesi seks, seperti:

  • Menemukan ‘kesenangan’ dengan cara lain
  • Seks menyakitkan
  • Permasalahan ekonomi
  • Tingkat pernikahan yang sedikit
  • Stres kerja dan kelelahan
Baca juga:  Dampak Resesi Seks, Ratusan Sekolah di Jepang Tutup Tak Ada Murid

Berikut deretan negara-negara yang mulai kehilangan merasakan dampak akibat resesi seks, sebagaimana dirangkum Kantamedia.com dari berbagai sumber.

1. Jepang

Krisis populasi di Negeri Matahari Terbit ini terjadi karena tingkat perkawinan dan kelahiran tergolong terendah sepanjang sejarah. Berdasarkan laporan terbaru, angka pria dan wanita di Jepang yang tidak mau menikah telah memecahkan rekor tertinggi sepanjang sejarah.

Kelahiran anjlok di bawah 800.000 pada tahun 2022, rekor terendah baru. Perkiraan pemerintah menyebut depopulasi juga delapan tahun lebih awal dari yang diharapkan.

Baca juga:  Prosedur, Persyaratan dan Biaya Nikah Tahun 2025

Krisis populasi Jepang kian menjadi, hal ini juga terlihat dari banyaknya sekolah yang tutup. Fenomena tutupnya sekolah terjadi akibat angka kelahiran di Jepang anjlok lebih cepat dari yang diperkirakan.

Menurut data pemerintah, sekitar 450 sekolah tutup setiap tahun. Antara tahun 2002 dan 2020, hampir 9.000 sekolah menutup pintu mereka selamanya, sehingga sulit bagi daerah terpencil untuk memikat penduduk baru yang berusia lebih muda.

Kaum muda Jepang menilai hubungan seksual melelahkan. Dengan munculnya internet semakin memicu resesi seks. Mereka jadi lebih mudah dan sering mengakses pornografi.
Faktor pemicu seks lain yakni, remaja cenderung tak berada dalam hubungan jangka panjang. Banyak dari mereka fokus pada diri sendiri dan pendidikan.

Baca juga:  Kemenkes Jepang Setujui Pengembangan dan Pemasaran Massal Obat Aborsi

Perdana Menteri Fumio Kishida telah menjanjikan langkah-langkah untuk meningkatkan angka kelahiran, termasuk menggandakan anggaran untuk kebijakan terkait anak. Ia juga mengatakan menjaga lingkungan pendidikan sangat penting. Tapi sedikit yang telah membantu sejauh ini.

Bagikan berita ini

KANTAMEDIA CHANNEL

YouTube Video
Bsi