Laporan itu juga mencatat 19 jurnalis ditahan di Rusia dan beberapa dari mereka menghadapi hukuman penjara hingga 10 tahun atas tuduhan menyebarkan “berita palsu”.
Negara-negara lain yang diketahui memenjarakan jurnalis karena melaksanakan pekerjaan mereka termasuk Vietnam, India, Eritrea, Kamerun, Ethiopia, Rwanda, Guatemala, Kuba, Mesir, Arab Saudi, Tajikistan, dan Georgia.
Versi RSF, Jurnalis Ditangkap Capai 533 Orang
Jumlah wartawan yang ditangkap dan dipenjara yang dilaporkan Komite Perlindungan Jurnalis jauh lebih sedikit dibandingkan laporan Reporters Without Borders (Reporters Sans Frontieres atau RSF).
Berdasarkan tinjauan kebebasan pers tahunan RSF yang diterbitkan pada Rabu (14/12/2022), sedikitnya 533 profesional media dipenjara pada 2022. Jumlah itu naik dari 488 tahun lalu.
“Lebih dari seperempat dari mereka dipenjara selama setahun,” kata pengawas kebebasan pers berbasis di Paris yang menerbitkan penghitungan tahunan sejak 1995.
RSF menekankan, jurnalis berisiko tidak hanya ada dalam kediktatoran dan rezim otoriter, tetapi juga di negara-negara demokratis.
Hanya sepertiga dari pekerja media yang dipenjara di seluruh dunia yang telah dihukum. Dua pertiga sisanya berada di penjara tanpa pengadilan. “Beberapa dari mereka telah menunggu persidangan mereka selama lebih dari 20 tahun,” tulis RSF.
Selain itu, 57 jurnalis juga dilaporkan tewas selama 2022. Sebagian besar karena perang di Ukraina, naik dari 48 dan 50 dalam dua tahun terakhir.
Delapan wartawan tewas melaporkan perang, lima dari mereka dari negara-negara nonkombatan.
RSF mengatakan hampir 80% profesional media yang terbunuh di seluruh dunia pada 2022 sengaja menjadi sasaran sehubungan dengan pekerjaan mereka atau cerita yang mereka liput, seperti kejahatan terorganisasi dan kasus korupsi.
Sedangkan jumlah jurnalis wanita di penjara juga merupakan yang tertinggi sepanjang masa di seluruh dunia, meningkat dari 60 menjadi 78 sejak 2021, sebagian besar karena semakin banyak yang memasuki profesi tersebut.
Tiga perempat jurnalis yang dipenjara terkonsentrasi di Asia dan Timur Tengah. RSF mengatakan rekor baru tersebut menegaskan kebutuhan mendesak dan mendesak untuk melawan pemerintah yang tidak bermoral dan untuk memperluas solidaritas aktif kepada semua orang yang mewujudkan cita-cita kebebasan pers, kemandirian, dan pluralisme. (alz/jnp)