Korban Tewas Akibat Gempa Myanmar Sudah Mencapai 2.886 Orang, 373 Dinyatakan Hilang

Kantamedia.com – Jumlah korban tewas akibat gempa bumi Myanmar kini telah mencapai 2.886. Sebanyak 4.639 orang terluka dan 373 orang hilang.

Data terbaru ini dikutip kantor berita pemerintah China Xinhua dari tim informasi dewan administrasi negara Myanmar, Rabu (2/4/2025).

Gempa yang terjadi pada siang hari Jumat (28/3/2025) itu merupakan gempa terkuat yang melanda negara Asia Tenggara itu dalam lebih dari satu abad, merobohkan pagoda kuno dan bangunan modern. Bencana ini menimbulkan kerusakan signifikan di kota kedua Myanmar, Mandalay dan Naypyitaw, ibu kota yang dibangun oleh junta sebelumnya menjadi benteng yang tidak dapat ditembus.

Gempa bumi itu adalah yang terbaru dalam serangkaian pukulan bagi negara miskin berpenduduk 53 juta orang itu. Bencana itu menambah kelam Myanmar setelah dirundung kudeta pada 2021 yang mengembalikan militer ke tampuk kekuasaan dan menghancurkan perekonomian setelah satu dekade pembangunan.

Baca juga:  Gegara Tas Mewah, Ibu Negara Korsel Diselidiki Jaksa Agung

Perang saudara di Myanmar juga telah mempersulit upaya untuk menjangkau korban yang terluka dan kehilangan tempat tinggal. Amnesty International mengatakan militer perlu mengizinkan bantuan menjangkau wilayah negara yang tidak berada di bawah kendalinya.

Sebelumnya, Badan PBB menyoroti kebutuhan mendesak di Myanmar setelah gempa bumi dahsyat berkekuatan 7,7 magnitudo yang melanda negara itu pada 28 Maret, dengan mengatakan air, obat-obatan, makanan, dan tempat tinggal sangat terbatas.

Kantor Kemanusiaan PBB (OCHA) dalam konferensi pers di Jenewa mengatakan “waktu untuk respons untuk pencarian semakin sempit”.

Baca juga:  Ini Sebabnya AS Selalu Mendukung Israel

Itu berarti jumlah korban yang terdampak dan korban jiwa diperkirakan akan meningkat, kata Koordinator Kemanusiaan OCHA untuk Myanmar, Marcoluigi Corsi.

“Tempat tinggal, makanan, air bersih, dan perlengkapan rumah tangga penting semakin terbatas. Beberapa orang di daerah terdampak menghabiskan malam di tempat terbuka… karena (tidak ada) listrik dan tidak ada air mengalir,” kata Marcoluigi.

Perwakilan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Fernando Thushara di Myanmar mengatakan rumah sakit di negara tersebut kewalahan dengan jumlah pasien dan persediaan medis hampir habis, serta terjadi kekurangan air bersih dan bahan bakar.

Wakil Perwakilan UNICEF, Julia Rees, mengatakan: “Kebutuhan sangat besar dan terus meningkat setiap jam. Waktu untuk respons penyelamatan semakin menipis. Di seluruh daerah terdampak, keluarga-keluarga menghadapi kekurangan akut air bersih, makanan, dan pasokan medis.”

Baca juga:  Pacitan Digoyang Gempa Magnitudo 5,0

Rees mencatat bahkan sebelum gempa, lebih dari 6,5 juta anak di Myanmar sudah membutuhkan bantuan kemanusiaan, dan satu dari tiga pengungsi di negara itu adalah anak-anak.

“Sekarang, gempa ini telah menambah lapisan krisis baru — mendorong keluarga-keluarga yang sudah rentan melewati batas mereka,” katanya.

Ia menggarisbawahi bahwa situasinya mengerikan dan suhu di negara itu sangat panas, sehingga kebutuhan yang paling penting adalah air. Ia juga menyoroti bahwa pipa air dan septic tank telah rusak. (*)

TAGGED:
Bagikan berita ini

KANTAMEDIA CHANNEL

YouTube Video
Bsi