Perang Lawan Narkoba, Pemerintah Irak Tangkap 10 Ribu Orang

Buka Tiga Pusat Rehabilitasi

Menyadari ancaman risiko yang membayangi, pemerintah Baghdad pun membuka tiga pusat rehabilitasi bagi para pecandu narkoba di negara itu. Ketiganya tersebar di beberapa provinsi, yakni Al-Anbar, Kirkuk, dan Najaf.

Pihak berwenang berencana untuk memperluas pusat rehabilitasi ini ke provinsi-provinsi lain — jauh dari penjara, di mana para pengedar berada.

Salah seorang pasien di pusat rehabilitasi, Mohammed (23 tahun), pun berharap dirinya dapat memulai sebuah awalan baru di tengah krisis narkoba yang menerpa negaranya itu.

Pecandu yang berasal dari Provinsi Al-Anbar ini merupakan salah satu dari sekitar 40 pasien yang dirawat di Pusat Rehabilitasi Sosial Al-Canal di Baghdad.

Dia mengaku pertama kali diperkenalkan kepada captagon oleh rekan kerjanya di sebuah supermarket. “Itu [captagon] membuat Anda lebih aktif, memberi Anda energi dan membuat Anda tetap terjaga,” ungkap Mohammed.

Selama bertahun-tahun, sejak dia masih berusia 16 tahun Mohammed mengkonsumsi 10 hingga 12 pil captagon setiap harinya. “Dijual dengan harga setara dengan USD 2 (Rp 30 ribu) per butir, obat stimulan ini ada di mana-mana,” jelas Mohammed.

Seperti kebanyakan pasien lainnya di Al-Canal, Mohammed datang ke pusat rehabilitasi tersebut atas keinginannya sendiri — agar bisa sembuh dan bebas. “Captagon membawa Anda ke penjara atau kematian,” tutur Mohammed.

Terpisah, Direktur Al-Canal Abdel Karim Sadeq Karim mengatakan rata-rata pasien menjalani perawatan selama satu bulan di pusat rehabilitasi. Setelah dipulangkan, para pasien tetap harus melakukan pemeriksaan rutin setiap minggunya selama enam bulan.

“Kami menampung semua usia. Mulai dari usia 14-15 tahun, namun kebanyakan berusia 20-an,” ujar Sadeq Karim.

Dia mengkonfirmasi bahwa penyalahgunaan narkoba yang paling umum ditangani oleh pusat rehabilitasi ini adalah kecanduan sabu-sabu. “Sejak dosis pertama, ada kecanduan,” jelasnya.

Sementara Wakil Direktur Al-Canal, Ali Abdullah, menyebut fenomena krisis narkoba di Irak sebagai suatu ‘wabah’ yang benar-benar menghancurkan setiap orang. Abdullah menerangkan, peningkatan konsumsi dan pengedaran narkoba di Irak sudah terlihat sejak 2016. (*/jnp)

Bagikan berita ini

KANTAMEDIA CHANNEL

YouTube Video
Bsi