Kasus TBC di Kotim Dinilai Cukup Tinggi

Kantamedia.com, Sampit – Kasus tuberkulosis (TBC) di Kabupaten Kotim nampaknya mesti menjadi perhatian serius pelbagai pihak. Bukan hanya lantaran TBC dinilai lebih berbahaya daripada Covid-19, melainkan juga karena tingginya kasus ini di daerah yang berjuluk Bumi Habaring Hurung itu.

Kepala Dinas Kesehatan Kotim Umar Kaderi menilai, kasus TBC di Kotim tinggi. Karena, dari tahun 2022 masih terdapat 633 kasus dan TW I 2023 sudah muncul 107 kasus TBC.

“Ini menandakan bahwa kasus TBC di Kotim masih cukup tinggi. Kami bersama-sama semua tenaga kesehatan dan pihak yang telibat seperti organisasi-organisasi masyarakat, masih berupaya mencegah penyakit tersebut,” ungkap dia, usai menghadiri kegiatan Forum Hands ON Forum Mentaya Dentistry 2023, di Hotel Aquarius Sampit, Sabtu (20/5/2023).

Baca juga:  KPK Terbitkan SP3 Kasus Mantan Bupati Kotim Supian Hadi

Dia membeberkan bahwa kasus TBC merupakan suatu penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri yang mempengaruhi paru-paru. Bakteri penyebab TB menyebar ketika orang yang terinfeksi batuk atau bersin. Kebanyakan orang yang terinfeksi dengan bakteri yang menyebabkan tuberkulosis tidak memiliki gejala.

Ketika gejala memang terjadi, biasanya berupa batuk (kadang-kadang ada bercak darah), penurunan berat badan, berkeringat di malam hari, dan demam. Pengobatan tidak selalu diperlukan untuk orang-orang tanpa gejala. Pasien dengan gejala aktif akan membutuhkan perjalanan pengobatan panjang yang melibatkan beberapa antibiotik.

Baca juga:  PGRI Kapuas Catatkan Rekor Muri

“Penyakit TBC merupakan penyakit yang lebih berbahaya dari Covid, karena membutuhkan pengobatan lebih panjang tidak hanya 1 bulan,” ungkapnya.

Menurut dia, pengobatan yang diperlukan untuk penyakit ini minimal 6 bulan atau setidaknya 1 tahun. Dalam hal ini, dalam rentang waktu itu akan dilihat adanya kemungkinan tersebarnya penyakit tersebut ke lingkungan pasien itu, dan biaya yang akan dikeluarkan apabila terkena penyakit tersebut akan cukup tinggi. Pihaknya juga menargetkan 2030 Kotim bakal bebas dari hal ini.

Baca juga:  Pupuk Subsidi di Kotim Cukup untuk Petani

“2030 harapkan itu (TBC) harus sudah selesai, mudah-mudahan sudah selesai karena promosi kesehatan digencarkan,” ucapnya.

Selain sosialisasi, beberapa tindakan telah dilakukan seperti peningkatan sanitasi, seperti saluran air yang tidak boleh ada genangan air di dalamnya. “Juga jamban yang baik yaitu dilengkapi oleh beberapa septic tank,” ungkapnya.

Selain peningkatan sanitasi, pihaknya juga menekankan pentingnya pemeriksaan dini terkait dengan kondisi badan masyarakat dengan cara dicek di puskesmas terdekat. Pihaknya juga mengharapkan, semua pihak terutama nakes di seluruh daerah di Kotim berperan aktif mencegah, dan mengatasi hal ini. (wsn/ami)

TAGGED:
Bagikan berita ini

KANTAMEDIA CHANNEL

YouTube Video
Bsi