Kantamedia.com, Palangka Raya – Bumi Tambun Bungai, Kalteng, kaya akan budaya dan kearifan lokal. Salah satunya yakni sepak sawut. Cabang lomba ini menjadi salah satu yang digelar di Festival Palangka 2023. Sepak sawut adalah permainan bola dari Kalteng. Uniknya bola yang dimainkan bukan bola yang biasa. Melainkan, bola api. Bahkan, pemainnya tanpa menggunakan alas kaki maupun pelindung kaki.
Bola api yang digunakan pada permainan ini terbuat dari bongkahan sabut kelapa tua yang telah kering, dan serat-serat bola kelapa. Bongkahan sabut kelapa tua itu, dipoles minyak tanah lalu dibakar sampai mengeluarkan api yang membara, kemudian dimainkan.
Sepak sawut ini, merupakan permainan tradisional yang banyak digemari oleh masyarakat. Permainan bola layaknya bermain futsal ini, bukan hanya digemari kalangan muda, tetapi banyak juga orang tua.
Di ajang Festival Palangka, lomba ini digelar di Halaman Kantor DPRD Kota Palangka Raya, Rabu malam (3/5/2023). Saat itu, lapangan yang digunakan berukuran 15×30 meter, dengan durasi permainan 2×10 menit. Jika skor masih imbang, maka ada ekstra tambahan waktu 2×5 menit. Apabila hasil masih imbang, akan ada tendangan penalti.
Dari pantauan Kantamedia.com di lapangan, terlihat ramainya penonton menyaksikan lomba ini. Kala bola api itu ditendang, para penonton bersorak-sorai memberikan dukungan kepada pemain.
Bagi kita yang melihat permainan ini, bisa bertanya-tanya, apakah para pemain tidak merasakan kepanasan atau sakit? Mengingat bola yang digunakan berasal dari bongkahan sabut kelapa tua, tentu saja lebih berat dari bola kaki pada umumnya. Ditambah lagi, bola itu bola api. Namun ternyata, hal itu tidak perlu dikhawatirkan. Meskipun terbilang ekstrem, namun tidak ada kejadian sampai membakar pemain.
Hal ini, bahkan ditegaskan Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga (Disparbudpora) Palangka Raya Murni Pelita. Menurut dia, sepanjang sejarah permainan langka ini digelar, tidak sampai ada pemain yang terbakar atau merasa sakit setelah main sepak sawut.
“Ya, paling tidak ada sedikit bagian tubuh, seperti rambut yang terkena percikan api. Makanya ketika bermain sepak sawut sekujur badan harus dioles odol (pasta gigi, red) atau pelumas lainnya,” ungkapnya ketika dibincangi Kantamedia.com di lokasi kegiatan sepak sawut.
Untuk lomba ini, masing-masing kecamatan se-Palangka Raya mengirimkan kontingennya. Ada lima kecamatan di Kota Cantik yakni Rakumpit, Pahandut, Bukit Batu, Sebangau dan Jekan Raya.
Setelah melewati babak play-off, akhirnya terdapat 2 kontingen yang melaju ke-babak final yakni Kontingen Pahandut melawan Kontingen Bukit Batu. Pada pertandingan final, dimenangkan oleh Kontingen Pahandut. Kemenangan cukup dramatis. Lantaran setelah melewati babak tambahan waktu, dilanjutkan adu penalti. Di adu penalti, skor kedua tim masih sama, sehingga dilakukan lempar koin. (ibw/ami)