Kantamedia.com – Mungkin sulit untuk menyadari bahwa kita terlalu oversharing di depan orang lain. Karena seringkali kita memang sulit untuk mengendalikan arah pembicaraan karena saking asyiknya membicarakan sesuatu.
Seringkali pula kita baru menyadari dan tersirat rasa penyesalan, setelah pembicaraan selesai. Karena mengingat apa yang sudah kita bicarakan terlalu detail atau oversharing.
Mengutip Oxford, oversharing memiliki arti pengungkapan jumlah detail yang tidak pantas tentang kehidupan pribadi seseorang. Kehidupan pribadi seseorang ini dapat merujuk kepada orang lain, maupun diri sendiri.
Melansir dari Scienceofpeople, Jumat (2/12/2022), oversharing adalah ketika kita mengutarakan sesuatu secara berlebihan dalam situasi tertentu atau kepada orang tertentu. Dan biasanya hal itu terjadi ketika melakukan perbincangan secara face-to-face atau melalui media sosial.
Bila diartikan ke dalam bahasa Indonesia, oversharing dapat diartikan sebagai berbagi berlebihan atau terlalu banyak berbagi. Adapun perilaku ini dapat terjadi di sosial media maupun di dunia nyata ketika bertemu secara langsung dengan orang lain.
Oversharing berpotensi dapat merusak reputasi, terutama jika kita terlalu banyak berbagi sesuatu hal di media sosial.
Kita semua pasti menyadari bahwa setelah kita mengunggah sesuatu secara online, seperti di media sosial, maka itu akan menjadi jejak digital yang tidak akan hilang.
Lantas, apa yang menyebabkan orang melakukan oversharing?
Faktanya, ada berbagai macam alasannya, contohnya mungkin mereka ingin membangun keintiman dengan cepat, menghindari kesepian, atau mungkin tidak menyadari bahwa mereka terlalu berlebihan dalam bercerita.
Mengutip dari berbagai sumber, berikut adalah beberapa alasan yang menjadi penyebab oversharing.
Penyebab Perilaku Oversharing
1. Memiliki Kecemasan
Kecemasan adalah alasan umum untuk oversharing. Jika kalian merasa cemas di sekitar orang lain, kalian mungkin mulai mengoceh tentang diri sendiri. Ini kemungkinan merupakan reaksi terhadap keinginan untuk terhubung dengan orang lain.
Namun, setelah itu terjadi mungkin kalian menyadari bahwa terlalu berbagi secara berlebihan, dan kalian mencoba mengintropeksi kesalahan dengan menarik diri atau meminta maaf tanpa henti.
Hal ini berimbas pada perasaan yang lebih cemas, sehingga bisa membuat frustasi.
Kemungkinan juga, kalian mulai oversharing karena rendahnya rasa percaya diri atau merasa butuh untuk menyenangkan orang lain.
2. Berusaha untuk membaca isyarat sosial
Mereka yang kesulitan membaca isyarat sosial mungkin tidak memperhatikan bahwa orang yang mereka ajak bicara terlihat seperti memperhatikan sekeliling, tertawa dengan gugup, atau menyilangkan tangan.
Tanda-tanda diatas menandakan bahwa mereka mungkin merasa tidak nyaman. Orang yang kesulitan membaca isyarat sosial mungkin lebih sulit menyadari bahwa mereka terlalu banyak berbagi informasi pribadi.