Kantamedia.com – Ciri-ciri stunting umumnya diketahui dengan tinggi badan yang tidak normal sesuai dengan usia anak. Tetapi postur tubuh hanya salah satu ciri-ciri stunting pada anak, karena kesulitan belajar pun bisa menjadi ciri-ciri stunting pada anak.
Perlu dipahami, stunting berbeda dengan perawakan pendek. Anak dengan stunting pasti memiliki tubuh yang pendek, tetapi anak dengan perawakan pendek belum tentu mengalami stunting. Singkatnya, stunting adalah pendek namun pendek belum tentu stunting.
Postur tubuh atau tinggi badan anak juga dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti genetik, hormonal, dan asupan nutrisi. Oleh karena itu, ada anak yang berperawakan pendek karena orang tuanya juga berpostur tubuh pendek.
Melansir dari berbagai sumber, anak-anak diklasifikasikan sebagai stunting ketika panjang atau tinggi badan mereka di bawah minus dua standar deviasi dari panjang atau tinggi badan anak seusia mereka.
Biasanya, stunting mulai terjadi saat anak masih berada dalam kandungan dan terlihat saat mereka memasuki usia dua tahun. Stunting diakibatkan kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, terutama pada masa 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).
Penyebab Stunting
Penyebab utama stunting adalah malnutrisi dalam jangka panjang (kronis). Kekurangan asupan gizi ini bisa terjadi sejak bayi masih di dalam kandungan karena ibu tidak mencukupi kebutuhan nutrisi selama kehamilan.
Selain itu, anak yang kebutuhan nutrisinya tidak terpenuhi selama masa tumbuh kembangnya juga bisa mengalami stunting.
Karena itu, pencegahan stunting berfokus pada penanganan penyebab masalah gizi, yaitu:
1. Faktor yang berhubungan dengan ketahanan pangan, terutama akses terhadap pangan (pangan) yang bergizi.
2. Lingkungan sosial yang berhubungan dengan praktik pemberian makan bayi dan anak (menyusui).
3. Akses pelayanan kesehatan untuk pencegahan dan pengobatan (Kesehatan).
4. Serta kesehatan lingkungan yang meliputi ketersediaan sarana air bersih dan sanitasi (lingkungan).
Risiko Stunting
Risiko terjadinya stunting pada anak bisa meningkat jika ibu hamil memiliki beberapa kondisi atau faktor berikut:
- Intrauterine growth restriction (IUGR)
- Perawakan pendek
- Berat badan ibu tidak naik selama kehamilan
- Tingkat pendidikan rendah
- Kemiskinan
- Tinggal di lingkungan dengan sanitasi buruk dan tidak mendapatkan akses untuk air bersih
Sedangkan pada anak, beberapa kondisi yang meningkatkan risikonya mengalami stunting adalah:
- Mengalami penelantaran
- Tidak mendapatkan ASI eksklusif
- Mendapatkan gizi MPASI yang berkualitas buruk
- Menderita penyakit yang menghalangi penyerapan nutrisi, seperti penyakit TBC, anemia, penyakit jantung bawaan, infeksi kronis, serta sindrom malabsorbsi
Stunting yang tidak segera ditangani bisa menyebabkan komplikasi berupa:
- Gangguan perkembangan otak anak sehingga mengganggu proses belajar dan menurunkan prestasinya
- Penyakit metabolik ketika dewasa, seperti obesitas dan diabetes
- Anak sering sakit dan terkena infeksi
Gejala Stunting
Gejala stunting sering tidak disadari, karena anak hanya diduga memiliki tubuh yang pendek. Meski demikian, gejala stunting umumnya bisa terlihat saat anak berusia 2 tahun.
Gejala yang menunjukkan anak mengalami stunting adalah:
- Tubuh anak lebih pendek dibandingkan standar tinggi badan anak seusianya
- Berat badan anak bisa lebih rendah untuk anak seusianya
- Pertumbuhan tulang terhambat
- Mudah sakit
- Gangguan belajar
- Gangguan tumbuh kembang
Bila menderita penyakit kronis, anak dengan stunting bisa mengalami sejumlah gejala berikut:
- Tidak aktif bermain
- Batuk kronis, demam, serta berkeringat pada malam hari
- Tubuh anak membiru ketika menangis (sianosis)
- Sering lemas
- Sesak napas
- Ujung jari berbentuk seperti tabuh (clubbing finger)
- Bayi tidak dapat menyusu dengan baik
(*/jnp)