Menumbuhkan Seni Budaya Desa sebagai Akar Kebhinekaan

Garut, Kantamedia.com – Banyak orang yang membelakangi latar belakang seni budaya demi mendorong kokohnya ilmu pengetahuan dan ilmu teknologi hanya demi mengejar satu asumsi sebagai orang yang berilmu tinggi. Mengesampingkan semua unsur seni budaya yang dianggap sebagai ranah yang tidak mempunyai nilai estetik di bidang akademik.

Tapi tidak untuk Hermansyah, S.Pd., salah satu guru muda yang ada di Desa Pamalayan Kecamatan Bayongbong Kabupaten Garut. Ia merupakan pemuda yang mempunyai nilai seni tinggi dibandingkan pemuda lainnya yang ada di kawasan Desa Pamalayan.

Desa Pamalayan sendiri memiliki cagar budaya berupa Situs peninggalan zaman Prabu Siliwangi yang diberi nama Situs Ciburuy atau nama lainnya adalah Pantenan. Selain memiliki Situs Ciburuy, Desa Pamalayan juga banyak didiami oleh para pelaku seni tradisional. Seperti pelaku Seni pencak silat, pemain angklung, calung, go’ong, dan alat musik tradisional lainnya. Namun sangat disayangkan, perubahan era/zaman membuat kekayaan seni budaya Desa Pamalayan kini meredup bahkan hampir hilang.

Baca juga:  Astaga! Setelah 12 Hari Menikah, Pemuda Ini Baru Tahu Istrinya Ternyata Wanita Palsu

“Kurangnya minat dari para penerus seni budaya menjadi faktor utama yang membuat kekayaan tersebut dilupakan, bahkan hampir musnah karena tidak ada lagi regenerasi seni budaya Desa Pamalayan,” kata Hermansyah, Kamis (18/4/2024).

Dari latar belakang masalah tersebut, Hermansyah berupaya dengan sekuat tenaga, agar seni budaya yang ada di Desa Pamalayan tetap hidup dan terjaga.

Bagi Hermansyah, seni budaya merupakan akar dari sebuah kebhinekaan yang tidak bisa dihilangkan hanya karena berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan.

Baca juga:  KA Bandara di Yogyakarta Catat Ketepatan Waktu 99,8% Selama Masa Angkutan Lebaran 2025

“Budaya harus dijaga dengan segala cara dan upaya demi membuka mata para generasi muda dari tunanetranya dunia terhadap budaya. Dunia tanpa budaya bagai langit tanpa hadirnya senja, dan hidup tanpa menjaga budaya bagai mentari tanpa memancarkan cahaya,” pungkasnya.

Mimpinya yang tinggi akan lahirnya regenerasi seni budaya kini mulai menjadi nyata. Siang dan malam dijadikannya sebagai waktu dalam berjuang mensosialisasikan Seni budaya kepada pada generasi muda dan membuat sebuah sanggar seni yang diberi nama Karawitan. Keinginannya dalam mengembangkan Seni Budaya di tempatnya tinggal membuat ia terpilih sebagai Pendamping Desa Budaya Nasional yang dibentuk langsung oleh Kemendikbud Ristek.

Baca juga:  Berbekal Kemampuan Otodidak, Guru Madrasah Ciptakan Aplikasi Asesmen Berbasis Digital

Selain itu juga, Desa Pamalayan terpilih menjadi Desa Budaya yang mengharuskannya menggelar Festival Budaya yang dihadiri langsung oleh Suwardi dkk. selaku Ketua Divisi Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi.

Rasa bangga dan bahagia pun dirasakan oleh seluruh warga desa Pamalayan, tak terkecuali Kepala Desa Pamalayan Sutisna. “Kami berharap, agar perjuangan dan rasa cinta terhadap seni budaya Desa Pamalayan bisa tertanam pada seluruh jiwa warganya, karena tanpa adanya rasa cinta dan peduli terhadap Seni budaya, maka budaya tersebut akan hilang ditelan masa,” ujarnya. (Insan F.I)

Bagikan berita ini

KANTAMEDIA CHANNEL

YouTube Video
Bsi