Sejarah Masuknya Barongsai di Indonesia
Kesenian barongsai diperkirakan masuk di Indonesia pada abad-17, ketika terjadi migrasi besar dari Tiongkok Selatan.
Masuknya kebudayaan China berupa barongsai di Indonesia tak bisa lepas dari Kota Semarang. Hal ini salah satunya dijelaskan oleh Bintang Hanggoro Putra dalam publikasi ilmiahnya berjudul Fungsi dan Makna Kesenian Barongsai bagi Masyarakat Etnis Cina Semarang (2009).
Diceritakan, dahulu Kota Semarang kedatangan armada Zheng He. Sekitar abad ke-15, Kaisar Zhu dari Dinasti Ming mengutus suatu armada raksasa untuk berkunjung ke Laut Selatan.
Zheng He sebagai pemimpin armada dibantu oleh Wang Jinghong untuk melancarkan kunjungan. Di tengah pelayaran, Wang Jinghong mendadak sakit keras.
Oleh karena itu, pelayaran tertunda dan harus berhenti di pelabuhan Simongan Semarang. Mereka beristirahat di sebuah gua yang kemudian dijadikan sebagai tempat pengobatan Wang Jinghong.
Zheng He melanjutkan pelayaran sedangkan Wang Jinghong bersama 10 awak kapal masih beristirahat sembari menunggu fisiknya benar-benar sehat. Namun, seiring waktu, Wang Jinghong menjadi nyaman tinggal di Semarang.
Ia pun mengajak anak buahnya membangun rumah, membuka lahan, hingga menikah dengan orang pribumi. Wang Jinghong tak lupa terhadap Zheng He yang telah membawanya ke Semarang, sehingga membuat patung Zheng He untuk menghormatinya.
Patung Zheng He yang berada di gua Sam Po (kini klenteng Gedong Batu) yang kemudian dikunjungi banyak orang saat perayaan Imlek dan Cap Go Meh. Waktu-waktu kunjungan ini juga diramaikan oleh kesenian Liong dan Samsi.
Klenteng Gedong Batu kemudian menciptakan tradisi arak-arakan patung disertai pertunjukkan Liong dan Samsi. Keberadaan dua kesenian Tionghoa tersebut diduga menjadi cikal bakal Barongsai di Indonesia.
Barongsai di Indonesia mengalami masa maraknya ketika zaman masih adanya perkumpulan Tiong Hoa Hwe Koan. Setiap perkumpulan Tiong Hoa Hwe Koan di berbagai daerah di Indonesia hampir dipastikan memiliki sebuah perkumpulan barongsai.