Kantamedia.com – Kasus insiden mabuk kecubung di sejumlah daerah di Tanah Air semakin memprihatinkan.
Bahkan seperti di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, tercatat setidaknya telah dua pasien meninggal dunia dan puluhan orang harus menjalani perawatan di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Sambang Lihum.
Kejadian ini tidak hanya mengundang kekhawatiran tetapi juga pertanyaan mengenai apa yang menyebabkan kecubung memiliki efek yang begitu kuat.
Penanganan medis di RSJ Sambang Lihum diadaptasi untuk masing-masing kasus, tergantung pada kondisi fisik dan psikis pasien, termasuk terapi untuk gangguan fisik yang timbul akibat penggunaan kecubung.
Upaya ini dilakukan guna mengembalikan kondisi pasien ke state pra-penggunaan dan memastikan keamanan mereka selama proses pemulihan.
Menurut dr. Hari Nugroho dari Institute of Mental Health Addiction and Neuroscience (IMAN), perawatan di RSJ tidak semata-mata karena adiksi.
“Kebanyakan pasien kami bukan pecandu, namun mereka dirawat karena gejala psikiatris yang serius seperti halusinasi hebat yang mendorong tindakan berbahaya seperti melukai diri sendiri atau bahkan kecenderungan untuk bunuh diri,” jelas dr. Hari, alumni King’s College London.
Penggunaan kecubung yang semakin marak di beberapa kalangan menyebabkan varian baru penyalahgunaan, termasuk penggunaan buah kecubung yang sering kali dicampur dalam ‘cocktail’ bersama alkohol atau narkotika lain.
Kecubung sebenarnya mengandung berbagai nutrisi penting, seperti karbohidrat, lemak, protein, serat, serta tanin dan flavonoid yang bersifat antioksidan.
Namun, kecubung juga mengandung alkaloid tropana, seperti atropin, skopolamin, dan hiosiamin, yang berbahaya jika dikonsumsi.
“Setiap orang memiliki toleransi yang berbeda terhadap kecubung, terutama bagi pengguna yang belum pernah mencoba sebelumnya, mereka lebih rentan terhadap efek berbahaya,” ungkap dr. Hari.
Buah kecubung dikenal sebagai tanaman berbahaya karena bisa menyebabkan efek halusinasi jika dikonsumsi secara berlebihan. Buah kecubung merupakan tanaman yang memiliki efek anestesi lantaran bisa menghilangkan kesadaran. Buah kecubung sering disebut sebagai obat bius alami.
Buah satu ini juga dikenal dengan banyak nama lain, seperti apel duri halus, apel duri ungu, apel berduri, dan terompet setan. Menariknya, nama terompet setan didapat karena adanya senyawa membahayakan bagi tubuh manusia.
Daun kecubung berwarna hijau dengan bentuk bulat telur, tipis, tunggal, dan bagian pinggirnya berlekuk tajam. Ujung dan pangkal daunnya meruncing dengan struktur pertulangan yang menyirip.
Bunga kecubung berbentuk terompet berwarna putih atau lembayung dengan panjang kurang lebih 12-18 sentimeter. Bunga kecubung memiliki 5 kelopak dengan ujung runcing. Bunga ini akan mekar di malam hari dan menutup pada sore hari berikutnya.
Buahnya yang terkenal berbentuk hampir bulat dan tersambung dengan tangkai tandan pendek. Bagian luar kecubung dilingkupi dengan duri-duri pendek. Di dalamnya, bisa ditemukan biji-biji kecil berwarna kuning kecokelatan dengan diameter 4-5 cm.
Dampak Konsumsi Kecubung
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, mengonsumsi kecubung bisa bermanfaat ataupun justru mendatangkan masalah. Dilihat dari laman Pustaka Kementerian Pertanian Republik Indonesia, di antara manfaat kecubung adalah:
- Mengatasi kulit bengkak
- Merawat kuping kopok
- Mengatasi sembelit
- Meredakan rematik
- Mengobati keseleo
- Mengatasi ketombe
Diringkas dari The MHS Journals dan laman resmi Pemerintah Provinsi Jambi, efek buruk konsumsi kecubung, yakni:
- Pupil mata melebar
- Gangguan sistem saraf pusat
- Dehidrasi
- Tekanan darah tinggi
- Kram otot
- Halusinasi
- Sindrom kaki gelisah
- Gangguan sistem pencernaan
- Mulut kering
Dari segi mental, kecubung bisa menyebabkan amnesia, kebingungan, psikosis, dan halusinasi, di samping tentunya mengubah suasana hati dan ekspresi emosi. Beruntungnya, efek ini bisa terjadi hanya jika seseorang overdosis kecubung.
Meskipun demikian, orang yang mengonsumsi kecubung dalam jumlah terlalu banyak, tetapi tidak sampai overdosis, akan merasa mabuk ketika proses metabolismenya berjalan. Bisa jadi, orang tersebut akan mengalami kecemasan, dehidrasi, kantuk, peka terhadap cahaya, dan gejala-gejala lainnya.
Oleh karena itu, disarankan untuk tidak mengonsumsi kecubung, kecuali dengan resep atau setelah berkonsultasi dengan pakar. (*)