Beradu Nasib di Balik Kaca BKN

Oleh: Insan Faisal Ibrahim, S.Pd

DARI tahun ke tahun, banyak orang berkompeten saling bertarung untuk beradu nasib pada sebuah program yang mampu meningkatkan taraf perekonomian. Ya, program abdi negara memang sangat menjanjikan jika lolos hingga mendapatkan sebuah pengakuan. CASN, CPNS, atau CPPPK adalah sebuah program tahunan yang dibuka oleh pemerintah melalui Badan Kepegawaian Negara (BKN) dalam merekrut orang-orang kompeten dibidangnya untuk menjadi bagian dari kepegawaian negeri sipil. Banyak orang yang bergantung nasib pada seleksi kepegawaian negeri sipil ini karena faktor perekonomian. Kehidupan yang sudah terjamin di setiap bulannya menjadi salah satu alasan mengapa banyak orang ingin lolos menjadi bagian ASN, PNS, atau PPPK.

Guru atau pendidik adalah salah satu profesi yang paling banyak mengikuti seleksi CASN, CPNS, atau CPPPK. Bahkan bagi seorang guru, hadirnya rekruitmen ini menjadi puncak harapan dalam memperbaiki taraf perekonomian mereka. Dari banyaknya masalah yang terjadi di dunia pendidikan, kesejahteraan guru mungkin masih menjadi masalah utama yang harus segera diselesaikan. Isu kesejahteraan seorang guru terus menjadi bahan perbincangan, mungkin anggaran negara terhadap pendidikan yang kurang besar atau ada hal lainnya yang membuat negara kesulitan untuk mengangkat harkat dan martabat seorang guru. Berbeda dengan para anggota dewan yang diberikan segudang fasilitas mewah dan gaji yang jutaan, guru honorer yang saat ini mengabdi masih ada yang digaji ratusan ribu bahkan tidak bisa memenuhi kebutuhan keluarga. Maka tidak heran, jika banyak guru yang terlilit hutang dan menggelapkan uang tabungan. Miris memang, tapi inilah kenyataan yang harus bisa diterima oleh semua jajaran pemangku kebijakan.

Baca juga:  Paradigma dan Visi Guru Penggerak

Pembukaan seleksi CASN, CPNS, atau CPPPK ini mungkin menjadi salah satu jalan keluar dari pemerintah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan bagi seorang guru. Serangkaian tes diberikan untuk menciptakan pegawai yang profesional dan memiliki kualitas yang proporsional. Tapi pada kenyataannya seleksi ini masih dianggap sebagai jalan buntu, mengingat pada formasi dan jumlah kuota yang dibutuhkan oleh pemerintah masih tidak seimbang dengan jumlah guru honorer yang tersebar dari sabang sampai merauke. Dan sampai saat ini pemerintah masih terus mencari jalan keluar agar kesejahteraan seorang guru bisa merata tanpa ada yang menderita.

Baca juga:  Mengembalikan Fitrah Informasi

Dibalik antusias guru honorer dalam mengikuti seleksi ini, ada sebagian oknum yang menawarkan satu posisi agar bisa terpilih menjadi bagian Pegawai Negeri Sipil. Tidak tanggung-tanggung, para oknum tersebut memberikan harga puluhan hingga ratusan juta agar seseorang bisa menjadi seorang PNS. Selain itu juga, peran oknum orang dalam sering bermunculan untuk menyisipkan keluarganya agar menjadi PNS. Potret nyata seperti inilah yang terkadang membuat seorang PNS tidak bisa menyelesaikan tugas sesuai dengan bidang yang menjadi tanggung jawabnya. Meskipun tidak semua oknum mampu menjadikan seseorang sebagai PNS, masih banyak guru yang tertipu dengan bujuk dan rayuan para oknum yang mengatasnamakan pemangku jabatan tertentu. Uang telah mereka berikan, namun harapan yang diinginkan tak kunjung datang.

Baca juga:  Fenomena Gibran: Bawaslu Tidak Berwenang Melakukan Penemuan Hukum

Sudah saatnya bangsa ini memberikan kemerdekaan secara finansial kepada seluruh guru yang ada, agar kualitas dan kuantitas sumber daya manusia bangsa ini terus meningkat. Guru juga manusia, mereka berhak bahagia. Guru juga manusia, mereka berhak untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Guru juga manusia biasa, mereka berhak mendapatkan segudang  kesejahteraan yang membuat hidupnya  jauh dari  kata kesengsaraan. Jangan sampai, ada guru yang mengajarkan kebahagiaan kepada siswanya tetapi pikiran gurunya sendiri sedang bertarung dengan keadaan yang membuat hidupnya jauh dari kata bahagia. (*)

(INSAN FAISAL IBRAHIM, Kp. Pamalayan Desa Pamalayan, Kecamatan Bayongbong, Kabupaten Garut, Jawa Barat, IG: @innsanfaisal)

Catatan Redaksi:
Kantamedia.com menerima tulisan cerpen, puisi dan opini dari masyarakat luas. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke redaksi@kantamedia.com disertai dengan tanda pengenal dan foto diri.

Bagikan berita ini

KANTAMEDIA CHANNEL

YouTube Video
Bsi