Kesemua itu dengan sangat jelas mempertunjukkan sebuah mekanisme bela diri yang berada dalam ruang keputus asaan. Tanpa disadari semua alasan yang dikemukaan dengan berbagai argumen yang kelihatannya keren dan dilatar belakangi percaya diri yang kuat serta intonasi bahasa yang keras berapi api, justru menjadi terlihat sisi sebaliknya. Segala respon bela diri itu justru mengantar kepermukaan sebagai sebuah pengakuan terbuka bahwasanya kata kata Bajingan Tolol itu memang sebuah terminologi yang tidak pantas digunakan dalam berkomunikasi di ruang publik yang berkeadaban.
Bajingan Tolol memang bukan istilah yang pantas diucapkan dalam ruang publik yang beradab. Landasan itulah yang menyebabkan muncul seribu satu alasan pembenaran yang mengada-ada dan terlihat lucu dalam upaya memaksa orang bahwa menggunakan istilah Bajingan Tolol itu wajar saja. Seribu satu alasan dihimpun untuk memaksa publik menerima, maklum dan mengerti bahwa Bajingan Tolol bukanlah kata yang tidak sopan atau kasar dan bahkan kurang ajar yang ditujukan kepada Presiden.
Peradaban dalam bentuk sopan santun dan etika memang berangkat dari lingkungan keluarga dan sekolah tempat besar dan tumbuhnya seseorang. Dengan demikian maka kita dapat dengan mudah mencari sebab mengapa ada orang yang sopan santun dan beretika dan ada yang tampil dengan kasar dan cenderung kurang ajar jauh dari etika dan sopan santun sebagai kerakter pribadinya.
Saya sangat percaya bahwa mereka yang terpelajar akan dengan senang hati dan lapang dada akhirnya akan mengakui juga kekhilafannya. Meminta maaf dan juga berbagai upaya dalam memaksa untuk membenarkan sebuah keterlanjuran menggunakan kata yang tidak pantas adalah refleksi dari kesadaran yang memang selalu datang belakangan.
Sekali lagi bantahan dengan seribu satu alasan yang dicari cari pada hakikatnya adalah refleksi dari bentuk pengakuan dan kesadaran bahwa istilah Bajingan Tolol memang sangat tidak pantas digunakan dalam ruang publik. Bantahan yang membabi buta, sebenarnya bisa dilihat dengan kepala dingin sebagai juga salah satu bentuk istimewa dari sebuah penyesalan dan permintaan maaf.
Semoga menjadi pelajaran berharga bagi kita semua, bahwa menggunakan kata kata kasar diruang publik akan berdampak buruk langsung atau tidak langsung. Ruang publik adalah salah satu tempat strategis bagi anak anak generasi muda bangsa sebagai forum belajar dalam membentuk kepribadiannya. Riuang publik adalah merupakan bagian utuh dari sebuah kelas yang menyajikan program membangun moral dan kepribadian bangsa. Janganlah Demokrasi dijadikan sebuah landasan untuk bebas dapat berbuat apa saja tanpa mempertimbangkan etika moral dan kredibilitas personal sebagai warga negara sebuah bangsa yang bertanggung jawab. (*)
(Penulis adalah Pendiri CH Institute)
Catatan Redaksi:
Kantamedia.com menerima tulisan cerpen, puisi dan opini dari masyarakat luas. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke redaksi@kantamedia.com disertai dengan tanda pengenal dan foto diri.