Kantamedia.com – Komisaris Utama Pertamina Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok menjadi sorotan pasca mendukung capres dan cawapres nomor urut 03, Ganjar Pranowo dan Mahfud MD. Sorotan ini terkait adab Ahok yang dibandingkan dengan Abdi Negara Nurdin alias Abdee Slank.
Abdee Slank telah mengumumkan pengunduran dirinya dari posisi komisaris PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk per Jumat, 19 Januari 2024
Diketahui sosok Abdee Slank rela mundur dari jabatannya sebagai Komisaris Telkom demi mendukung salah satu paslon capres-cawapres. Personel Slank ini memutuskan untuk memberikan suaranya kepada pasangan Ganjar-Mahfud.
Abdee diangkat oleh Menteri BUMN Erick Thohir sebagai komisaris PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) melalui keputusan ini lewat Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST), pada Jumat 28 Mei 2021.
Keputusannya untuk mundur tentu membuat Abdee kehilangan gaji fantastis per bulan sebagai Komisaris Telkom. Selama ini, ia mendapatkan gaji pokok lengkap dengan tunjangan senilai Rp 10,85 miliar per tahun.
Pendapatan tersebut terdiri dari honorarium dan tunjangan sebesar Rp3,63 miliar. Ditambah tantiem atau bonus yang diterima Abdee senilai Rp7,22 miliar.
Sementara itu, sikap berbeda ditunjukkan Ahok. Meski sudah memberikan dukungannya terhadap Ganjar sejak lama, tetapi mantan Gubernur DKI Jakarta ini hingga sekarang masih mempertahankan jabatannya sebagai Komisaris PT Pertamina.
Ahok juga menerima gaji fantastis sebagai Komisaris Pertamina, seperti Abdee Slank. Bahkan ia sempat diisukan mendapatkan gaji dan tunjangan dari Pertamina sebesar Rp101,10 miliar per tahun. Atau jika dihitung per bulan, ia menjadi Rp8,3 per bulan.
Namun nominal itu dibantah langsung oleh Pertamina. Ahok pun sempat meluruskan nominal gaji yang diterimanya sebagai Komisaris Pertamina adalah Rp170 juta per bulan. Jumlah itu, kata Ahok, masih belum ditambah dengan bonus.
Terlepas dari itu, kini sikap Ahok yang masih menjabat sebagai Komisaris BUMN, padahal sudah terang-terangan mendukung Ganjar-Mahfud, turut menjadi sorotan. Pasalnya, Menteri BUMN Erick Thohir sendiri sudah meminta jajarannya untuk netral jelang Pemilu 2024.
Kendati demikian, sikap Ahok itu juga dibela oleh Staf Khusus Menteri BUMN Arya Mahendra Sinulingga. Menurutnya, tidak masalah jika komisaris BUMN menunjukkan dukungannya terhadap pasangan capres-cawapres.
Arya hanya mengingatkan bahwa larangan yang diberikan kepada para komisaris BUMN adalah untuk tidak melakukan kampanye politik. Ia pun menilai Ahok selama ini tidak melakukan kampanye, sehingga tidak perlu mundur dari jabatannya sebagai Komisaris Pertamina.
Petinggi BUMN yang Mundur Karena Mendukung Capres
Selain Abdee dan Ahok, komisaris BUMN lainnya yang juga diketahui menyatakan dukungan kepada pasangan capres-cawapres adalah Said Aqil Sirodj.
Said Aqil yang merupakan Komisaris Utama PT Kereta Api Indonesia (KAI) Persero, diketahui menyatakan dukungannya kepada pasangan calon (paslon) presiden dan wakil presiden nomor urut 1, yakni Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar.
Meski demikian, Abdee Slank bukan satu-satunya petinggi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang memilih mundur untuk mendukung salah satu Capres-Cawapres. Sejumlah nama komisaris BUMN lainnya juga telah melakukan hal yang sama.
Pada awal penyusunan tim kampanye, adalah Rosan Roeslani yang sebelumnya menjabat sebagai Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Wakil Komisaris Utama di PT Pertamina (Persero) Tbk yang memilih untuk mengundurkan diri dari dua jabatannya tersebut demi menjabat sebagai ketua tim kampanye Prabowo-Gibran pada tanggal 24 Oktober 2023.
Presiden Komisaris PT Krakatau Pipe Industries (KPI) Anggawira juga mengundurkan diri dari jabatannya. Dia memilih untuk menjabat sebagai Ketua Umum Relawan Pengusaha Muda Nasional (Repnas), sekaligus sebagai anggota Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran.
Kemudian Mohammad Arief Rosyid Hasan yang memutuskan untuk mengundurkan diri dari jabatannya sebagai komisaris di PT Bank Syariah Indonesia (Persero) Tbk, setelah dipilih sebagai Komandan Pemilih Muda di Tim Kampanye Nasional (TKN) untuk mendukung pasangan calon presiden dan wakil presiden Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming.
Selanjutnya Budiman Sudjatmiko yang sebelumnya menjabat sebagai Komisaris Independen di PT Perkebunan Nusantara (PTPN) V. Namun setelah terpilih sebagai anggota Dewan Pakar di Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, ia memutuskan untuk mengundurkan diri dan meninggalkan jabatannya.
Selain itu, ada Panel Barus yang mengundurkan diri sebagai komisaris di salah satu anak perusahaan Badan Usaha Milik Negara atau BUMN. Panel mundur setelah resmi terlibat dalam Tim Kampanye Nasional Prabowo-Gibran di Pilpres 2024.
Berikutnya adalah Andi Gani Nena Wea. Andi Gani sebelumnya menempati posisi ganda sebagai Komisaris Utama dan Komisaris Independen di PT PP (Persero) Tbk. Namun, ia memutuskan untuk mengundurkan diri setelah ditunjuk sebagai Wakil Ketua Umum TPN Ganjar-Mahfud MD. Sebelumnya, Andi Gani Nena Wea terkenal sebagai seorang relawan yang mendukung Jokowi dalam pemilihan presiden tahun 2019.
Petinggi BUMN yang juga mundur lalu menjadi timses paslon Pilpres 2024 lainnya adalah Eko Sulistyo. Dia sebelumnya menjabat sebagai Komisaris di PT PLN (Persero). Namun ia memilih untuk melepaskan jabatannya karena ditunjuk sebagai Wakil Ketua Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud. Dia menyatakan bahwa keputusannya untuk mengundurkan diri dari posisi Komisaris di PLN ini dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. (*/jnp)