Legenda Hantuen, Cerita Rakyat Kalimantan Tengah

Kantamedia.com – Bagi masyarakat Dayak di Kalimantan Tengah (Kalteng), Hantuen dipercaya merupakan makhluk jadi-jadian yang ditakuti terutama oleh penduduk di daerah aliran sungai. Hantuen diyakini merupakan manusia yang memiliki kemampuan gaib dan dapat menjelma menjadi hantu yang akan mengisap darah bayi yang baru dilahirkan.

Kisah tentang hantuen ini berawal dari kehidupan sebuah keluarga di daerah aliran Sungai Rungai di Kecamatan Tewah, Kabupaten Gunung Mas.

Konon, keluarga tersebut memiliki seorang anak perempuan yang sangat cantik bernama Tapih.

Baca juga:  Bahagia Itu Sederhana, Kumpulan Puisi Insan Faisal Ibrahim

Orangtua Tapih hanyalah seorang pembuat kerajinan tangan seperti keranjang dari rotan dan topi tanggui dareh (topi dengan tepian yang lebar). Topi tersebut biasa digunakan saat upacara lingkaran hidup, misalnya sewaktu upacara pemandian anak untuk yang pertama kali.

Suatu hari, saat Tapih mandi di sungai, topinya hanyut. Karena topi itu bukan topi sembarangan, Tapih meminta bantuan orangtuanya untuk mencari topinya di sepanjang Sungai Rungan.

Tapih dan ayahnya kemudian menyusuri Sungai Rungan hingga sampai di Desa Sepang Simin. Ternyata topi Tapih ditemukan oleh pemuda desa itu, yang bernama Antang Taung.

Baca juga:  Secangkir Kopi yang Membawamu Kembali

Ayah Tapih menawarkan hadiah emas kepada Antang Taung, namun hadiah itu ditolak Antang Taung. Karena pemuda itu ternyata jatuh cinta dengan Tapih dan ia pun meminta imbalan berupa menikahi Tapih.

Rupanya, permintaan Antang Taung tak bertepuk sebelah tangan. Tapih dan orangtuanya pun setuju.

Pesta pernikahan Tapih dan Antang Taung pun digelar dengan meriah.

Menurut adat di daerah tersebut, pasangan pengantin baru harus tinggal di rumah orangtua masing-masing secara bergiliran. Namun masalahnya, untuk pergi ke desa masing-masing, Antang Taung dan Tapih harus melewati hutan yang sangat lebat.

Baca juga:  33 Pantun Buka Puasa, dari yang Lucu Hingga Romantis

Catatan Redaksi:
Kantamedia.com menerima tulisan cerpen, puisi dan opini dari masyarakat luas. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke redaksi@kantamedia.com disertai dengan tanda pengenal dan foto diri.

Bagikan berita ini

KANTAMEDIA CHANNEL

YouTube Video
Bsi