Legenda Hantuen, Cerita Rakyat Kalimantan Tengah

Akhirnya mereka memutuskan untuk membuat jalan pintas antara kedua desa. Dibantu penduduk kedua desa, bergotong royong membangun jalan antara Desa Baras Semayang (asal desa Tapih) dengan Desa Sepang Simin (asal desa Antang Taung). Menurut penduduk setempat, jalan itu masih ada hingga kini dan diberi nama Jalan Langkuas.

Bahkan warga juga mendirikan pondok untuk beristirahat kala lelah.

Namun, berkali-kali makanan dan barang-barang di pondok itu raib. Setiap para pekerja kembali ke gubuk mereka untuk beristirahat, selalu saja ada barang atau makanan di gubuk mereka yang hilang dicuri. Hal itu terjadi setiap hari.

Baca juga:  Batik, Budaya Bangsa yang Autentik

Akhirnya para pekerja mendapatkan cara untuk menjebak pencuri itu. Mereka seolah-olah pergi bekerja seperti biasa, padahal mereka sedang mengawasi gubuk mereka dari balik semak-semak. Ketika para pekerja tersebut mengawasi gubuk mereka, tiba-tiba tampak seekor hewan angkes (sejenis landak) yang masuk ke dalam gubuk.

Ketika masuk ke gubuk, hewan itu menggoyang-goyangkan tubuhnya. Tiba-tiba tubuh hewan itu berubah menjadi seorang pemuda yang sangat tampan.

Warga pun menangkap siluman tersebut. Si siluman meminta ampun dan memohon untuk dilepaskan dan menjanjikan untuk membantu warga menyelesaikan pekerjaan jalan dalam waktu tiga hari. Semua orang pun setuju dan siluman angkes tersebut menepati janji.

Baca juga:  Sanaman Mantikei - Legenda Besi "Lunak" dari Kalteng

Berkat jalan tersebut, Tapih dan Antang Taung dengan mudah mondar-mandir ke desa masing-masing tanpa harus takut melewati hutan yang sangat lebat.

Siluman angkes yang dapat menjelma menjadi pemuda tampan itu pun membuat Tapih dan Antang Taung terkagum-kagum. Dan akhirnya mereka memutuskan untuk menjadikannya anak angkat.

Beberapa bulan kemudian, Tapih pun mengandung. Ketika Tapih berada di Desa Sepang Simin, ia mengidam makan ikan Toman. Dengan sigap, Antang Taung mencoba meluluskan permintaan istri tercintanya. Ia pergi ke sungai untuk menangkap ikan.

Baca juga:  Kasus Meja Di Titik Buta

Sebenarnya ikan hasil tangkapannya kali itu sangat lumayan. Namun karena hujan saat itu turun dengan lebat, ia pun lari pulang dengan tergesa-gesa. Tanpa sengaja, ia telah meninggalkan seekor ikan tomang di dalam perahunya.

Esok harinya, Antang Taung kembali ke perahunya untuk mengambil ikan yang tertinggal. Betapa terkejutnya Antang Taung, bukannya ikan yang ia temukan di dalam perahunya melainkan seorang bayi perempuan yang sangat cantik.

Catatan Redaksi:
Kantamedia.com menerima tulisan cerpen, puisi dan opini dari masyarakat luas. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke redaksi@kantamedia.com disertai dengan tanda pengenal dan foto diri.

Bagikan berita ini

KANTAMEDIA CHANNEL

YouTube Video
Bsi