Lima Menit Tersisa

Oleh: Rofinus Jatong

Aku kembali duduk sambil menyapa Iva yang sedang menantiku di sebuah sudut ruangan di kelas itu. Ia tersenyum sambil bertanya, “siapa yang menghubungimu?”
“Temanku.”
“Dari mana?”
“Dari sebuah sekolah negeri di Manggarai Timur.”
“Cewek?”
“Bukan, tapi cowok.”
“oh..” kemudian ia tak lagi melanjutkan pertanyaannya. Kami kembali mulai dengan pembicaraan santai dan kemudian ia meminta untuk pulang ke rumah sambil mengecup pipiku.

Ia berjalan menyusuri teras-teras kelas yang panjang dan aku terus memandanginya sampai pada belokan pertama dan ia memalingkan wajahnya dan melambaikan tangannya lalu menghilang dari pandanganku. Handphone-ku kembali berdering, kali ini ada pesan singkat masuk. “Lima menit berlalu anggaplah tak pernah terjadi namun lima menit yang tersisa di udara ku rasa sangat berarti untukmu dan juga untuk diriku. Dalam lima menit yang tersisa itu kau dapat mengubah segalanya!” kata Eulia dalam pesan singkatnya itu.

Baca juga:  Pencuri Level Tujuh

Aku mencintai Iva, namun dalam perjalanan waktu ternyata cinta tidak lebih dari pada sebuah ungkapan nafsu. Aku tak mencintainya secara utuh, namun karenanya aku harus kehilangan Eulia wanita yang bertahun-tahun aku cintai. Iva telah pergi jauh dari kehidupanku dan tak pernah menyesali tentang perpisahan yang terjadi begitu pun aku.

Iva seperti suarawati di panggung dan memikatku dengan liukan tubuhnya yang indah dan karena itu aku jatuh cinta padanya, tapi tak bertahan. Berbeda dengan Eulia, aku tak bisa melupakannya hingga detik ini. Eulia hilang bersama waktu lima menit tersisa di udara.

Baca juga:  Kekasih Virtual

Dalam hari-hari hidupku setelah perpisahanku dengan Iva aku selalu teringat akan pesan singkat itu. Dan aku terus berusaha mencari jawaban tentang pesan yang tersisa itu bersama waktu lima menit di udara. Saat itu sebenarnya, Eulia sedang berada di bandara. Ia mau mengadakan perjalanan menuju Yogyakarta untuk melanjutkan studinya di sebuah perguruan tinggi. Dua puluh menit sebelum keberangkatan ia ternyata berusaha menghubungiku di tengah kegaduhan penumpang dan juga penghantar saat itu. Dalam lima menit yang tersisa ia ingin mengajukan pernyataan.

Baca juga:  Entah Setan Mana yang Mendengar Doaku

“Saat ini aku sedang berada di bandara, jika kamu keberatan aku pergi jauh darimu katakan dan semuanya akan aku lakukan demi dirimu apa pun yang terjadi.”

Aku dan Eulia mulai saat itu hingga saat ini tak pernah bertemu, berbicara dan bahkan bayangannya hampir tak terekam lagi dalam ingatanku. Mungkin ia telah menikah atau mungkin juga masih sendiri aku tak mengetahuinya. Cinta kami ditentukan oleh waktu lima menit tersisa di udara. (**)

Catatan Redaksi:
Kantamedia.com menerima tulisan cerpen, puisi dan opini dari masyarakat luas. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke redaksi@kantamedia.com disertai dengan tanda pengenal dan foto diri.

TAGGED:
Bagikan berita ini

KANTAMEDIA CHANNEL

YouTube Video
Bsi