SEHABIS menyembunyikan dua belas ikat uang dalam koper pakaiannya, Adin memesan tiket penerbangan menuju suatu pulau. Dia sama sekali tidak tahu berapa tepatnya jumlah uang di dalam koper berwarna biru tua itu. Di perjalanan menuju bandara, dia merapal sebuah mantra yang singkat, “baruta naapi latasi katanupa dalina”, dia mengulangnya sepanjang perjalanan yang kira-kira memakan waktu sekitar satu jam.
Sehari sebelumnya, Adin bertemu dengan seorang lelaki misterius yang mengetuk pintu rumahnya. Lelaki itu menggendong seekor kucing hitam yang mengibas-ibaskan ekornya, satu matanya buta dan tertutup. “Bolehkah saya meminta segelas air untuk kucing saya ini? Dia sepertinya kehausan!” lelaki itu mengangkat kucingnya seolah ingin menyerahkannya kepada Adin.
“Silakan masuk, Pak, akan saya ambilkan.”
Dengan langkah terburu-buru, Adin masuk ke dapur, memutar kran, mengambil mangkuk kecil berwarna merah, dan mengisinya sambil bertanya-tanya siapa dan mengapa lelaki itu tiba-tiba muncul di hadapannya.
Saat Adin menurunkan mangkuk itu di lantai, lelaki itu menurunkan kucingnya yang segera berlari-lari kecil menuju air yang disiapkan.
Suasana sejenak hening, yang terdengar hanyalah suara yang timbul dari sentuhan lidah kucing hitam buta itu dan air yang ada di mangkuk. Hingga tak lama kemudian, Adin sejak tadi penasaran mulai bertanya pada lelaki itu.
“Saya baru pertama kali melihat Bapak di perumahan ini, apakah Bapak sedang mencari seseorang atau baru pindah ke tempat ini?”
“Saya sedang mencarimu, Adin.”
Adin tersentak kaget mendengar pernyataan lelaki misterius itu. Belum sempat merespons, Adin kembali terkejut pada kalimat selanjutnya yang terlontar dari mulut lelaki misterius di hadapannya.
“Kau bisa melunasi utangmu bulan depan!”
Setelah kalimat itu terdengar jelas dan membuat Adin tidak tahu harus berbuat apa, lelaki itu pun kembali bicara. Seolah ada banyak hal yang dibawanya untuk disampaikan ke Adin. Akan tetapi, semua yang disampaikannya hanyalah rahasia Adin yang jarang diketahui orang-orang. Bahwa Adin senang merokok diam-diam, meski di luar dia mengaku tidak pernah merokok. Bahwa Adin gemar menusuk ibu jarinya dengan duri kaktus di pagi hari hingga satu atau dua tetes darah keluar. Bahwa Adin punya seorang kekasih yang mendua minggu lalu. Bahwa adik Adin punya utang yang cukup banyak setelah merintis sebuah usaha dengan rencana yang tidak pernah matang.
Saat mendengar semua itu, Adin ingin teriak agar lelaki itu berhenti bicara, tetapi di sisi lain dia penasaran untuk mendengar sesuatu yang keliru, dan di situ dia akan punya kesempatan untuk memotong pembicaraan lelaki itu. Sayangnya, hingga lelaki misterius itu berhenti bicara, tidak ada satu pun yang keliru. Apa yang dikatakan lelaki itu memang benar adanya.
Catatan Redaksi:
Kantamedia.com menerima tulisan cerpen, puisi dan opini dari masyarakat luas. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke redaksi@kantamedia.com disertai dengan tanda pengenal dan foto diri.