Mayat, Hujan dan Jilat-menjilat

Oleh: Surya Gemilang

“Boleh aku menjilat lidahmu?” tanya Anna, saat kami bermain monopoli di kasur, terlalu banyak rumah dan hotel di kota-kota miliknya. “Papa sering menjilati lidahku—dan ia bilang ini rahasia. Tapi kau orang baik, aku ingin berbagi rahasia denganmu.”

Aku mendadak teringat Kakak yang berbicara dalam jarak dekat denganku, dan aroma mie kuah dari mulutnya membuat muntahan menyodok pangkal lidahku. Pasti lebih memualkan lagi jika lidahku dijilat.

“Sebenarnya, aku tidak paham apa yang menyenangkan dari menjilat lidah,” sambung Anna. “Tapi kedua kakak kelas yang menghajarmu waktu itu sering saling menjilati lidah satu sama lain. Kau tahu, aku sudah lebih dari sekali melihat mereka begitu. Dan aku bohong waktu bilang aku sengaja mengikutimu ke toilet karena kau lucu. Aku hanya ingin melihat kedua kakak kelas itu saling menjilati lidah lagi—tapi aku tidak bohong bahwa kau memang lucu.”

Aku tidak ingin lidahku dijilat. Tapi aku mengizinkannya, sekali saja, dan aku mulai menjulurkan lidah. Anna pun ikut menjulurkan lidah.

***

Apa yang terjadi setelah mayat hidup kembali?

“Pertanyaan bagus.” Kakak menjejalkan bara rokok ke bak cuci piring, dan melempar puntungnya keluar jendela. “Mereka akan memakan lidahmu. Sesederhana itu.”

“Kau bohong.” Aku tak bisa menyembunyikan getaran dalam suaraku.

“Waktu Momo mati,” Kakak menarik kursi di sampingku, gesekan kaki-kaki kursi dengan lantai menusuk telingaku, “malamnya aku harus memukul ia memakai sekop. Mungkin kau sudah tidur dalam pelukan Mama—jadi kau tak tahu bahwa malam itu hujan, dan kucing kita bangkit dari kuburnya.” Kakak duduk di kursi itu, satu kaki ia naikkan. “Kau harus berterima kasih padaku. Tidak ada lidah siapa pun yang dimakan.”

“Momo kucing baik ….” balasku, sembari mengingat bagaimana Momo sering menjilati jari-jari kakiku sampai aku memekik geli.

“Momo bukan kucing baik setelah ia bangkit dari kuburnya.”

***

Anna menjilat permukaan lidahku, dan aku refleks menarik diri darinya. Muntahan tertahan di pangkal lidahku. Lidahnya rasa mentega dan saus tomat yang tercampur air kloset.

“Rasanya aneh, bukan …?” kata Anna. “Tapi lama-kelamaan tidak akan aneh. Ayo coba lagi.”

Catatan Redaksi:
Kantamedia.com menerima tulisan cerpen, puisi dan opini dari masyarakat luas. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke redaksi@kantamedia.com disertai dengan tanda pengenal dan foto diri.

TAGGED:
Bagikan berita ini

KANTAMEDIA CHANNEL

YouTube Video
Bsi