Hujan yang turun tanpa ragu, mengiringi kepergianmu.
Sorak soraya dan gempa gempita mendampingi rasa rindu ingin kembali bertemu.
Engkau pergi melambai, disertai isak tangis dari lautan manusia yang hatinya sempat membeku.
Ramadhan, banyak hal yang kini disesali setelah kepergianmu.
Tidur di jadikan sebagai alasan untuk menahan haus dan lapar.
Bacaan Al-Qur’an sering di jadikan sebagai kitab bulanan yang sudah tertakar.
Lisan yang seharusnya dijaga ketat dari kedzoliman, sangat mudah untuk terbakar.
Dan Ibadah yang menjadi kewajiban sering tertukar.
Ramadhan, sebulan penuh engkau menjaga kebaikan, dari nafsu manusia yang menggebu-gebu.
Sebulan penuh pula engkau melipat gandakan setiap kebaikan, agar manusia terus berlomba-lomba dalam hal kebaikan tanpa ragu.
Ramadhan, engkaulah bulan yang penuh akan kejutan bagi orang-orang yang memikul beban di atas bahu.
Semoga dibalik kepergianmu, ada hikmah yang tersimpan di hati banyak orang, sehingga menjadikannya manusia berhati baru.
Hati yang membuka mata semua orang, bahwa Lebaran adalah Hari Raya, bukan Hari Riya.
Serta membuka nalar semua orang, bahwa Lebaran adalah Hari Kemenangan, bukan Hari untuk pamer kemewahan.
#Celoteh_RinduRamadhan
(INSAN FAISAL IBRAHIM, Kp. Pamalayan Desa Pamalayan Kecamatan Bayongbong, Kabupaten Garut, Jawa Barat, IG : @innsanfaisal)
Catatan Redaksi:
Kantamedia.com menerima tulisan cerpen, puisi dan opini dari masyarakat luas. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke redaksi@kantamedia.com disertai dengan tanda pengenal dan foto diri.