Takdir Memiliki

Oleh: Ramli Lahaping

Riswan pun mendengkus dengan amarah yang tampak mereda. “Baiklah. Kali ini, tak mengapa. Tetapi untuk selanjutnya, kalau gagal, aku tidak akan memercayaimu lagi, dan kau harus mengembalikan setoran uangku itu.”

Hilman mengangguk-angguk setuju. “Baiklah.”

Sesaat kemudian, Riswan lalu pulang dengan kekesalan dan kekecewaan yang belum benar-benar reda. Hatinya belum sanggup mengikhlaskan kekalahannya, sebab ia merasa kalau beban hidupnya tak kalah berat juga dibanding kandidat yang lolos. Kini, ia masih harus menanggung cicilan mobil, juga tuntutan orang tua untuk segera menikah. Karena itu, ia kembali memprotes Tuhan dan menuntut keadilan atas kemalangannya dalam dunia kerja.

Baca juga:  Mukjizat Untuk Lelaki yang Bukan Nabi

Sampai akhirnya, di tengah kekalutannya, tiba-tiba, ia tersadar bahwa sebelum ia mengetahui kabar ketidaktulusannya yang membuatnya gelap mata dan terburu-buru ke kantor Hilman, ia telah memanaskan sayur dan menjerang air di atas kompor. Seketika pula, ia menjadi sangat khawatir dan ketakutan kalau-kalau keadaan itu menyebabkan kebakaran yang menghanguskan rumahnya serta harta bendanya yang telah ia usahakan sekian lama.

Dengan pikiran dan perasaan yang kacau, ia kemudian mempercepat laju mobilnya. Ia ingin segera sampai dan mengambil tindakan untuk mencegah dampak yang lebih buruk dari kelalaiannya akibat emosinya yang tak terkendali. Ia sungguh tak sanggup kalau ia akan kehilangan segalanya di tengah statusnya sebagai pengangguran.

Baca juga:  Seutas Tali

Berselang sekian lama, ia pun sampai di halaman rumahnya. Dan seketika, ia merasa beruntung, sebab ia tak melihat kepulan asap dan kobaran api di sisi huniannya. Tetapi untuk memastikan kalau situasi memang baik-baik saja, ia lalu bergegas masuk dan lekas menuju ke ruang dapur. Hingga akhirnya, ia melihat kalau api kompornya telah padam. Air di dalam panci bahkan tidak terkuras banyak, dan sayur sopnya tidak pula gosong.

Tak pelak, ia lantas berpikir-pikir, bagaimana itu bisa terjadi. Ia kemudian mengecek keadaan tabung gasnya dan melihat kalau jarum indikatornya telah menunjuk ke angka nol. Seketika, ia merasa bersyukur. Ia pun menyadari kalau Tuhan telah menolongnya. Karena itu, ia mulai memahami kalau Tuhan Maha Adil dengan cara kerja takdir-Nya yang penuh misteri.***

Baca juga:  Kasus Meja Di Titik Buta

(Ramli Lahaping. Penulis cerpen kelahiran Gandang Batu, Kabupaten Luwu. Berdomisili di Kota Makassar. Menulis di blog pribadi (sarubanglahaping.blogspot.com). Bisa dihubungi melalui Twitter (@ramli_eksepsi) atau Facebook (Ramli Lahaping))

Catatan Redaksi:
Kantamedia.com menerima tulisan cerpen, puisi dan opini dari masyarakat luas. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke redaksi@kantamedia.com disertai dengan tanda pengenal dan foto diri.

TAGGED:
Bagikan berita ini

KANTAMEDIA CHANNEL

YouTube Video
Bsi