Waktunya Sudah Habis

Oleh: Anindita Satya

ARA duduk di atas karang yang cukup besar pada tepian pantai, kakinya memainkan butiran pasir gelap dengan perlahan. Wajahnya tak bersinar, baru kali ini ia terlihat begitu suram. Sorot matanya sendu, hanya menatap ujung dari garis laut dengan sesekali menghembuskan nafas beratnya.

Tangannya mulai merangkak mengambil bingkai foto yang ia letakan disampingnya, nanarnya tak hidup sama sekali, seperti ada sesuatu yang mati dalam dirinya, ada yang kosong dan tak bertuan. Tangannya dengan perlahan mengusap bingkai foto kayu berwarna coklat itu, matanya seakan berbicara banyak hal yang tak dapat dilontarkan oleh mulutnya.

Ya memang begitu bukan? Banyak sekali hal yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata, banyak perasaan yang dijelaskan oleh tatapan mata. Seperti apa yang dilakukan oleh Ara saat ini.

“Waktunya sudah habis ya?” Ara mulai tersedu, didekapnya bingkai foto yang tak begitu besar itu dengan erat. Ada sesuatu yang hilang dalam hatinya, baru saja hilang tepatnya dan ini adalah masa-masa yang jika boleh.. tak ingin Ara alami dan rasakan dalam hidupnya. “Waktunya sudah habis ya?” Ara kembali meracau, ia mulai terduduk pada hamparan pasir gelap dan sesekali uraian rambutnya tersapu angin pantai yang tak begitu kencang.

Baca juga:  Kisah Tak Bersyarat

“Ayah? Masih banyak sekali hal yang belum aku ceritakan” Ara menutup wajahnya dengan kedua tangan, menangkup wajahnya sendiri dan kembali menangis setelah berhasil berbicara walau ia rasa lidahnya telah kelu untuk sekedar mengeluarkan suara. Tangisnya semakin kencang saat suara ombak menderu, dilihatnya kembali bingkai foto yang sempat ia letakkan, ayahnya tersenyum disana.

“Kau ingin bercerita perihal apa, Ananda?” dilihatnya dari kejauhan seseorang yang paling ia kenal dan inginkan ada disampingnya saat ini berjalan mendekatinya dengan pakaian yang kerap dikenakan semasa hidupnya. Itu ayahnya. Ara bangun dengan sigap, tangisnya semakin menjadi-jadi, “Kenapa baru datang sekarang? Ara sudah menunggu lama sekali.” Ara mengusap air matanya dengan cepat, kakinya yang lemas dipaksa berlari mendekati sang ayah, dipeluknya raga yang terasa nyata itu dengan erat bak tak ingin berpisah untuk kedua kalinya.

Baca juga:  Si Waras yang Ingin Jadi Gila

“Sebentar lagi aku lulus kuliah.” Isaknya dalam dekapan sang ayah, ayah mengusap puncak kepala anak gadisnya dengan tenang. “Seperti kata ayah, ayah ingin lihat aku lulus kuliah kan? Aku sudah hampir sampai digaris finish, yah” isakannya semakin keras, ayahnya hanya terdiam dan mengusap kepala Ara dalam diam.

“Anak ayah sudah berhasil ya” Ara mengeratkan pelukannya, andai ia benar-benar bisa mendekap dan mengucapkan hal ini secara langsung pada ayahnya, rasanya seperti ia dapat membuktikan dengan nyata pada ayahnya bahwa ia bisa dan kuat sampai akhir.

Ayah menepuk pundak Ara dengan perlahan, mengisyaratkan Ara untuk berjalan pada tepian pantai dengan pasir yang basah. Ara menurut, digenggamnya tangan sang ayah dan mulai berjalan perlahan. Ara menatap sang ayah dalam diam, irit sekali bicaranya sedari tadi. “Ayah, aku masih belum sempat bilang seberapa aku sayang ayah.” Ara makin menggenggam tangan ayahnya dengan erat, diingatnya beberapa hari kebelakang seberapa beratnya ia harus menerima kenyataan pelik yang menamparnya dengan tidak santai.

Baca juga:  Mayat, Hujan dan Jilat-menjilat

“Tak bilang pun ayah tau kamu sangat sayang ayah” Ayah terkekeh perlahan menatap Ara yang masih sedikit tersedu. “Ara, kehilangan itu adalah sesuatu yang pasti dan tidak akan bisa kamu hindari. Tak semua hal yang kamu lewati akan sesuai dengan apa yang kamu harapkan. Setidaknya, kamu harus bersahabat dengan waktu, kamu tau bukan? Waktu menyembuhkan banyak hal. Seperti kosongnya hatimu saat ini.” Ayah tersenyum, itu adalah senyum yang Ara rindukan beberapa hari ini.

Catatan Redaksi:
Kantamedia.com menerima tulisan cerpen, puisi dan opini dari masyarakat luas. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke redaksi@kantamedia.com disertai dengan tanda pengenal dan foto diri.

TAGGED:
Bagikan berita ini

KANTAMEDIA CHANNEL

YouTube Video
Bsi